"Dermolen" (atau sebagian orang menyebutnya "bianglala") mini yang masih terbungkus kain putih. Topi warna merah yang dia kenakan telah memudar. Bukan jingga, bukan pula merah muda. Masih merah memang, tapi tercampur warna putih dan noda lusuh di sana sini. Warna itu ditabrakkan dengan kaos buluk yang dibagikan oleh sebuah korporasi busuk tatkala mereka mengadakan acara. Kaos itu terlihat tipis, penuh logo sponsor, warna biru yang mulai pudar, dan terlihat tak menyerap keringat. Dia berjalan pelan di depan deretan warung sebelah utara lapangan Denggung yang diselimuti mendung pagi itu. Langit memang abu-abu semenjak fajar, seusai saudara Muslim pulang dari subuhan di masjid belakang rumah. Mobil-mobilan listrik untuk anak kecil sedang dibersihkan, siap untuk disewakan. Siapkan 5.000 rupiah untuk dua kali putaran kecil. Berhenti di depan sebuah warung, dia hanya menganggukkan kepala sejenak ke arah pemilik warung. Tanpa sepatah kata ju...