18 December 2011

Suatu Saat di Semarang


                                         

Eyang Yon

Eyang Yon. Beliau adalah salah satu adik dari eyang saya. 
Mereka kini sama-sama sudah berpulang, 
mungkin mereka kini sedang terbahak-bahak mengenang kisah masa kecil mereka. 
Selamat jalan, Eyang Yon.

16 December 2011

Begitulah..

Saya pernah mendengarkan diskusi mengenai komodifikasi agama.
Ternyata tidak hanya menjadi komoditas, agama juga menjadi lelucon untuk netizen tertentu.
Bukannya tidak memandang agama-agama lain di wilayah Indonesia, hanya saja mudah bagi saya untuk menemukan 'lelucon' antara dua agama di bawah.























Mereka ini lelucon yang -sayang sekali- tidak lucu, atau selera humor saya yang memang rendah?

11 November 2011

Pagi yang Biasanya

Tidur pukul setengah dua pagi, bangun pukul setengah tujuh. 
Menyapu halaman penuh daun kering yang basah kena tanah, seharian kemarin belum disapu. 
Di teras ada dua koran, edisi kemarin dan hari ini. 
Lapar dan bingung, tapi jangan sampai tidur lagi. 
Akhirnya memotret beberapa objek di dalam dan luar rumah.


Salib di meja, ada daun palma. Di bawahnya ada gelas AQUA, entah sudah 
berapa lama terbuka dan ada di sana.


Heran melihat timbangan. 80 kilogram daging, lemak, otot, tulang, otak, dan dosa.

09 November 2011

Teteh dan Aa

Entah bagaimana cara penulisannya, yang jelas mereka berdua orang Sunda. Umur mereka masing-masing sekitar 40 tahun. Teteh terlihat agak lebih tua, entah kenapa. Sudah lebih dari dua tahun saya menjadi pelanggan setia warung mereka, yang sering disebut “burjoan”.

Burjoan yang satu ini ada di belakang kampus. Sama dengan burjoan yang lain, penjual biasanya berasal dari Kuningan. Ketika saya makan di burjoan, sering sekali saya mendengar mereka saling bercakap-cakap menggunakan bahasa Sunda.

Siang itu Teteh menggunakan jilbab ungu, bicara kepada aa’ dan anaknya. Nadanya menggerutu, di sela-selanya saya mendengar kata hutang, anak kos, nama-nama, dan sebagainya. Saya tertarik mendengarkan, meski saya tidak mengerti artinya.

22 October 2011

Tentang Cinta


Menarik lho ini iklan. Meski saya bukan ‘cah adver’ (mahasiswa yang konsentrasi studinya di advertising/periklanan), namun semua orang saya kira boleh menginterpretasikan iklan. By the way, apa yang menarik?

KALO UDAH CINTA PESEN UNDANGAN AJA…

Mari bermain-main dengan kalimat ini. Mengapa kata ‘cinta’ dan ‘undangan’ diberi warna merah, sedangkan yang lain tetap hitam? Barangkali ini pertanyaan mudah untuk anda jawab. Kata ‘undangan’ itu representasi dari ‘menikah’ atau ‘kawin. Ketika melangsungkan pernikahan kemudian kita mengundang tamu pada resepsi pernikahan. Kira-kira begitulah.

Apa yang menarik?

17 October 2011

Cukur Rambut


Ini anak lucu sekali ketika rambutnya dipotong. Saya hanya bisa tertawa dan memotret ketika melihat ekspresinya.


"Inget dulu waktu kecil ya, mas?"
"Hahaha.. Engga kok bu, lucu adeknya.."


Sang ibu bertanya.
Saya berkilah saja.

10 October 2011

Suatu Saat Nanti

"Hati-hati, nak. Sampaikan salamku untuk nenekmu." isak ibu kepada batu dingin di atasku.

22 September 2011

Belajar?

Malam minggu kala itu kosong. Kekasih di kota asalnya. Saya dan Sidhi iseng membuat ini. Entah apa namanya. Mungkin akan saya sebut #1 saja.

17 September 2011

Panen Musim Gugur

Saya pernah baca artikel berjudul Panen Musim Gugur (ditulis di Majalah Tempo tahun 2009). Untuk memenuhi tugas mata kuliah Reportase Investigasi, saya kemudian menuliskan analisis singkat atas isi laporan.


Ringkasan artikel

Pengguguran janin (aborsi) ilegal merupakan bisnis yang marak di Jakarta. Ditemukan bahwa sekitar 100 klinik gelap melayani 100 ribuan klien yang hendak melepas janin setiap tahunnya. Mata rantai bisnis ini dimulai dengan calo-calo yang mengedarkan berbagai macam kartu nama kepada calon klien. 

Selain itu tugas mereka juga sebagai “intel” yang menguping informasi operasi polisi. Dokter, dalam artikel ini, disebut sebagai pemain utama dalam bisnis ini. Biasanya dokter ini adalah pemain lama yang sudah pernah dihukum karena praktek aborsi gelap, namun kembali beroperasi setelah keluar dari penjara.

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget? 
Ah, tentu tidak.

15 September 2011

Bukan PPKn

Ijinkan saya turut prihatin sejenak.

Suatu ketika seorang laki-laki bertanya di depan para mahasiswa –terus terang berat bagi saya untuk menyebutnya sebagai dosen. Ups!



‘Pada hakekatnya, manusia itu lebih senang berbuat baik atau buruk?’ tanyanya. Lalu dia menunjuk seorang mahasiswa yang duduk di belakang untuk menjawab.

‘Berbuat baik.’ jawabnya.  

‘Kenapa? Apa alasannya?’ tanyanya lagi.

‘Mungkin karena ada Tuhan, pak. Karena dia percaya Tuhan, maka dia berbuat baik.’ jawabnya  setelah berpikir sekian detik.

Ada yang salah?

Tergantung.

Buat saya, itu jawaban yang mengejutkan. Tidak juga sih sebenarnya.

Hmm.. mungkin lebih tepatnya: jawaban yang kontemplatif.

Bukan karena jawaban itu muncul dari hasil kontemplasi mahasiwa tadi, tapi karena jawaban itu mendorong –setidaknya saya- untuk berkontemplasi.

…dan sedikit memasukkan keprihatinan dalam kontemplasi itu.

03 September 2011

Garpu





Di depan pagar rumah penuh lumut itu aku mematikan rokokku yang masih setengah. Sambil hati-hati aku mengintip dari luar pagar. 

Oleh: Andreas Ryan Sanjaya

Rumah masih gelap, rupanya bapak belum pulang dari tempat kerjanya. Segera kunyalakan lagi rokokku sambil masuk halaman dan menghabiskannya di teras rumah.

Baru semenit aku duduk, tiba-tiba terdengar suara mobil tua bapak. Buru-buru aku mematikan rokok dan membuang puntungnya di tempat sampah yang penuh garpu.

21 August 2011

35 hari

35 hari setelah lahir, tepatnya 17 Agustus 2011, rambut bayi punya Gamal dicukur habis oleh keluarga. Selamat, keponakan! J







Ini foto-foto yang lain..


12 August 2011

Semester Gasal yang Ganjil

“Njay, ndang ngampus.” Itu bunyi pesan singkat
seorang sahabat pada hari yang –mau tak mau—penting.
Hari itu adalah salah satu hari yang menentukan
perjalanan perkuliahan kami selama satu semester ke depan.

(KRSan)


Sampai di sana antrean sudah cukup panjang. Bagian belakang masih berdiri, sedangkan di bagian depan sudah duduk manis. Agaknya mereka sudah agak lama menunggu. Belakangan saya tahu bahwa saya ada di urutan 112. Di belakang saya masih ada puluhan orang lagi, mungkin empat puluhan, mungkin lebih.

03 August 2011

Mengais yang Lalu

Saya pernah punya blog dari wordpress.com. Berikut ini daftar tulisan-tulisan yang terlanjur diposting:


1.       Ketika saya ditolak masuk PTN. Untuk yang keempat kalinya.. Ehm.

2.       Ketika pertama kali pergi ke rumah ‘teman hidup’.

3.       Tentang seorang sahabat yang kala itu sibuk dengan urusan duniawi.

01 August 2011

Tentang Dia

Pria muda dengan logat Jawa yang kental itu sangat percaya diri berbicara di depan altar. Dia banyak bicara tentang Tuhan yang dia sembah. Tuhan yang … begitulah.

(Suatu hari Minggu)

29 July 2011

Sriwedari



Dari Mojosongo kami meluncur perlahan ke Sriwedari. Di sana sudah menunggu seorang bapak  berumur 48 tahun dan putranya berumur 9 tahun.

Kala itu adalah malam Minggu. Ketika banyak orang keluar rumah dengan tujuan yang relatif  sama. Jalanan sedikit ramai di sekitar Sriwedari. Keramaian lebih nampak lagi ketika kami masuk ke dalam.

28 July 2011

Not anymore, it was the last!

Have you ever feel like being a slave?

Okay, I won’t use the term ‘slave’ again. I just wanna write my true story, when I realized that I was very stupid and week, I was controlled, and I just like a slave.

I joined a community at my college. It is not a big community, it just have at least twenty people. This community called itself (a name), because they like movie. Making a movie? Watching the movie? Talking about movie? Many interest there.

23 July 2011

Urusan dengan Tuhanmu

Bila kau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih;
tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.

Bila kau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu;
tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.

21 July 2011

Utang Lawu

“…oh ya, satu lagi, kita harus jujur pada diri sendiri.”, kataku kepada teman-teman sore itu. Kami duduk bersama untuk membicarakan persiapan naik Gunung Lawu. Beberapa tahun lalu ketika SMA kami pernah naik beberapa gunung, kami agaknya rindu untuk mengulang kembali.

Perjalanan pagi itu dimulai dari Stasiun Lempuyangan. Seperti biasa, menuju Stasiun Balapan dan kemudian berjalan ke Terminal Tirtonadi. Dari sana kami carter mobil sampai Tawangmangu dan oper mobil ke arah basecamp Cemoro Sewu.

11 July 2011

Simo



Kala itu menempuh jalan Yogyakarta – Surakarta tak seberat biasanya, padahal matahari tepat di atas kepala hingga hampir tak nampak bayangan di sekitar kendaraan.

Mojosongo adalah tujuan pertama, tujuan berikutnya adalah Simo, Boyolali. Mereka menyebut tempat ini sebagai desa. Mungkin karena banyak sawah, dan daerahnya cukup dingin. Tujuan bepergian yang menarik untuk orang-orang yang tiap harinya berkawan dengan asap kendaraan di kota sana.

01 July 2011

Loyalitas


(hati-hati – ini spam)
Refleksi selama dua tahun saya menjalani kuliah yang pahit ini menunjukkan bahwa: saya tidak punya loyalitas. Dari beragam versi makna dari loyalitas yang mungkin anda ketahui, saya anggap loyalitas bermakna kesetiaan. (loyal=setia)

25 June 2011

Setengah Jam Menuju Selatan


Saat itu rumah begitu nyaman untuk tidur, tetapi biasanya jauh melebihi kata nyaman. Jadi kami dengan senang hati mencari tempat untuk tidur.

Beralas tikar, tanpa bantal, beratap rumbai, dan jangan mencari dinding ukuran 3x3 seperti biasa. Angin sering menyapa dan mengagetkan, apalagi menjelang subuh.

03 June 2011

Sebelah Selatan Angkringan Seberang Pintu Belakang Stasiun Tugu Yogyakarta


Pukul tujuh kurang lima menit, sebelum Kereta Prambanan Ekspres berangkat menuju Stasiun Balapan Solo. Di seberang pintu samping Stasiun Tugu Yogyakarta, aku duduk di samping penjual angkringan. Namanya Agung. Es jeruk, susu jahe, dan sebatang Djarum ada di depanku.

01 June 2011

Lawangsih Kala Itu


Jalan menuju ke sana cukup menanjak, panjang pula. Sayang sekali indahnya rimbunan daun di kanan kiri jalan tidak menambah kekuatan mesin kendaraan kami. Tapi tampaknya takdir membuat kami (dan kendaraan kami) untuk sampai di lokasi dengan selamat.

30 May 2011

Where’s my motivation? (ocehan abstrak seorang mahasiswa)


Gedung kampus itu tempat ilmu pengetahuan dan kreativitas bergerak bebas. Liar. Tanpa batas. Tidak bagi saya. Dia tak ubahnya sebuah sangkar yang rapat. Burung di dalamnya hanya melihat dunia luar tanpa datang ke dunia itu.

Itu hanya penggalan kata-kata ngawur yang saya buat. Dunia pendidikan bagi saya masih mengambang, meski banyak bukti bahwa pendidikan mampu membuat seseorang mencapai kesuksesannya. Sebut saja Soekarno, yang bagi saya seorang filsuf yang sedikit lebih menjejak tanah dari filsuf pujaannya.

28 May 2011

Buku Murahan!


[Buku adalah jendela dunia”. Dengan membaca buku, atau tulisan apapun kita bisa bla..bla..bla..] saya dengar itu pertama kali ketika SD.

Setidaknya persepsi mengenai buku masih baik di mata saya hingga akhir semester ini. Seorang dosen memberi kami tugas menulis esai sepanjang 1 halaman A4 dengan spasi 1,5. Esai yang sedikit ini rencananya akan dibukukan. Lalu apa masalahnya?

25 April 2011

Tukang Cukur

Setelah 5 menit mengobrol, saya berkata kepada tukang cukur, “Saya masih kuliah, mas. Umur saya masih 20 tahun." 

Tukang cukur kaget, tersenyum (mungkin malu, mungkin menghina), sambil menimpali, ”Memang wajah bisa menipu, mas.” 

(Dia kira saya sudah berumur 20-sekian dan sudah bekerja, bahkan dia sempat tanya apakah saya sudah berkeluarga atau belum.) 

Nasib seorang bermuka tua, ehm, dewasa. Entah buruk, entah baik. J

17 April 2011

Becak Barang


Dua orang lelaki terlihat sedang membetulkan becak barang (10/4) di sekitar Bulaksumur. Becak barang menjadi alternatif yang paling mungkin dipilih di tengah meningkatnya harga bahan bakar minyak. Anda tahu barang apa yang biasanya ada di becak itu? Terkejutlah.

Kabel, Awan, dan Saka


Tidak ada yang menarik dari foto ini. Tetapi kenapa saya upload ?

Donor Darah


Tangan seorang wanita setelah mengikuti aksi donor darah di Mirota Kampus Yogyakarta (10/4). Aksi sosial donor darah seperti ini banyak dipilih untuk dilakukan oleh instansi-instansi tertentu 
ketika mengadakan acara.

Puas!



Foto ini saya ambil di sekitar bunderan UGM. Tepat di depan tulisan ini ada dua sekolah menengah. Murid-murid kedua sekolah tersebut seringkali menunggu angkutan umum di sekitar tulisan. Entah siapa yang menulis, namun boleh saja kita duga.

By the way, apa coba maksudnya itu tulisan? :p

Imajinasi Masa Kecil

Entah kenapa saya ingin sekali menuliskan imajinasi anak kecil yang kadang terbawa hingga dewasa. Kadang imajinasi anak kecil inilah yang menjadi hasrat terpendam dari seseorang hingga masa tuanya. Atau bahkan mungkin sebenarnya itu adalah panggilan hidupnya. Siapa tahu?

Di tulisan ini saya hanya hendak menuliskan dua buah imajinasi masa kecil yang menurut saya masih seringkali muncul. Tidak penting sih, tapi masing-masing dari kita masih harus tetap memiliki kemampuan imajinasi saya kira.

Terbang
Imajinasi saya dulu muncul biasanya karena mengakses cerita-cerita kartun. Masih jelas dalam ingatan saya, saya ingin sekali bisa terbang. Terbang layaknya tokoh-tokoh dalam Dragon Ball. Mereka terbang dengan cara mengosongkan pikiran, suatu hal yang belum pernah bisa saya lakukan. Pernah ada dialog (saya lupa siapa dengan siapa) yang mengatakan,”Mengosongkan pikiran tidak sama dengan tidak memikirkan apa-apa.” Nah.. hingga umur 20 tahun saya tetap belum memahami. Makanya saya belum bisa terbang-terbang. (kesimpulan bodoh)

Angka
Imajinasi ini yang masih membuat saya terheran-heran dengan masa kecil saya. Ketika bermain kartu dengan saudara-saudara saya, begitu banyak angka yang masuk dalam ingatan. Anehnya, saya kemudian melekatkan karakter-karakter tertentu pada angka-angka tersebut.

Angka 1 >> laki-laki yang kalem, tenang, bersih, flamboyan.
Angka 2 >> perempuan (tanpa karakter)
Angka 3 >> laki-laki yang sudah dewasa, garang, mudah marah.
Angka 4 >> perempuan yang kurus.
Angka 5 >> perempuan yang gendut namun berwibawa (ibu-ibu).
Angka 6 >> laki-laki (tanpa karakter)
Angka 7 >> laki-laki, keras hati.
Angka 8 >> laki-laki bijaksana.
Angka 9 >> laki-laki perfeksionis.

Kenapa saya bisa melekatkan karakter pada angka-angka di atas? Seharusnya saya bertanya sewaktu saya kecil. Entah bagaimana cara pikiran ini bekerja, namun karakter itu masih saya lekatkan hingga kini.

Apa imajinasimu?

13 April 2011

Pakualaman

Belum lama ini kondisi politik di Daerah Istimewa Yogyakarta digoyang oleh isu mengenai diadakannya pemilihan Gubernur DIY. Keistimewaan daerah ini dipertanyakan, sekaligus dipertahankan, oleh para pengikutnya. Mereka disebut orang-orang pro penetapan.

Apa yang ditetapkan? Posisi Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur dan Paku Alam IX sebagai Wakil Gubernur. Beliau berdua ini memiliki singgasana (sebagai “Ratu”) di dua tempat yang berbeda. Kraton Kasultanan Ngayogyakarta sudah begitu terkenalnya, namun bagaimana dengan Kraton Pakualaman?

Terus terang, saya sebagai orang asli Jogja ini tersentak ketika tersadar bahwa saya tidak mengerti apa-apa mengenai Kraton yang satu ini. Saya mencari-cari informasi tentang tempat ini di buku-buku dalam lemari buku. Nihil. Hanya ada Ensiklopedi Kraton Yogyakarta dan Ensiklopedi Kotagede.

Suatu saat Bapak mengajak saya untuk merekam kegiatan penulisan buku di Pakualaman. Menurut tim penulis, buku ini diharapkan menjadi buku induk yang berisi informasi mengenai Kraton Pakualaman. Mulai dari upacara-upacara adat, arsitektur, wayang, dan sebagainya. Ini adalah jawaban atas pertanyaan.

Semoga cepat rampung, lalu bisa dibaca.
Ini saya sertakan satu foto seorang keluarga Pakualaman. Sudah berumur, dan masih mampu bercerita banyak mengenai pengalaman dan pengetahuannya mengenai Kraton Pakualaman. Bisa jadi dia pelaku sejarah, atau saksi sejarah.


26 March 2011

Berawal dari Lereng Merapi

Selama dua hari kemarin saya berkesempatan untuk mengikuti refleksi RKKS (Rekoleksi Kesadaran dan Keterlibatan Sosial) di almamater saya.

Sekadar gambaran saja, RKKS merupakan program yang dirancang sekolah untuk meningkatkan kesadaran dan kepekaan sosial dalam diri murid-muridnya. Teknisnya adalah selama 5 hari 4 malam mereka harus tinggal bersama keluarga-keluarga yang perlu kerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, atau ditempatkan bersama pekerja (buruh), atau ditempatkan pada panti sosial (panti asuhan, panti jompo, dsb.)

Setelah 5 hari mengalami RKKS, para murid kembali berkumpul di sekolah untuk mengadakan refleksi, agar pengalaman berharga itu tidak hilang begitu saja.

3 tahun yang lalu saya sempat RKKS juga, namun ada satu hal yang tidak terekam dengan baik dalam memori saya, yaitu saat sesi Renungan Kebangsaan. Sesi ini merupakan rangkaian dari acara refleksi RKKS, ditempatkan di akhir refleksi. Terus terang, hal menarik dari Renungan Kebangsaan ini baru saya dapatkan ketika saya sudah menjadi alumnus dan mendampingi refleksi ini.

Kebetulan saya beberapa kali “terpaksa” melahap ilmu-ilmu sosial, terutama yang bertemakan gerakan perlawanan, revolutif, yang seringkali diidentikkan dengan istilah-istilah lain berbau “kiri”. Dengan bekal seperti itu saya tersentak ketika membaca beberapa tulisan dalam teks Renungan Kebangsaan.

Renungan Kebangsaan diawali dengan bersama-sama menyanyikan lagu dengan syair sebagai berikut:

Indonesia tanah air siapa
Katanya tanah air kita
Indonesia sejak empat lima
Janjinya rakyat sejahtera
Nyatanya hatiku bertanya
Petani digusur sawahnya
Buruh-buruh miskin dan sengsara
Korupsi ada di mana-mana

(gubahan dari lagu asli “Indonesia Pusaka” oleh Harry Roesli)

21 March 2011

Ibu


Andreas Ryan Sanjaya anakku lanang, maaf ya, bola-bali mung ditinggal bapak ibu. tulis ibu ketika pertama kali mengetik di komputer dalam kamarku.

15 March 2011

Sepotong Mantra

Sembah bekti kawula Dewi Mariyah kekasihing Allah, pangeran nunggil ing Panjenengan Dalem. Sami-sami wanita Sang Dhewi pinuji piyambak, saha pinuji ugi wohing salira Dalem, Sri Yesus.
Dewi Mariyah ibuning Allah, kawula tiyang dosa, sami nyuwun pangestu Dalem, samangke tuwin benjing dumugining pejah. Amin.

Oleh: Andreas Ryan Sanjaya

Rangkaian kata di atas adalah sebuah doa dalam iman kristiani, terutama umat Katolik. Umat Katolik Jawa kemungkinan besar, atau bahkan dapat dipastikan, mengerti isi dan arti dari doa yang saya tuliskan di atas.

Maria, sering ditambah dengan kata ‘Bunda’ di depannya, dalam tradisi kristiani merupakan ibu dari Yesus Kristus. Umat Katolik memiliki tradisi untuk menghormati Maria melalui berbagai doa, devosi, ziarah, dsb. Mereka berdoa kepada Maria, supaya Maria berkenan menjadi perantara bagi doa-doa mereka.

14 March 2011

Koordinator

 “Siapa koordinatornya!?” bentak seorang lelaki muda  berusia 19-an tahun berambut panjang. Sambil melotot dia memandangi satu per satu anak-anak yang duduk di depannya, anak paling tua baru seumuran SMP.

Oleh: Andreas Ryan Sanjaya

Seorang anak dengan tampang bingung dan sedikit takut menaikkan tangan dan berkata lirih,”Saya, mas.” Anak itu sedikit gemuk dan terlihat sedikit lebih tua daripada kebanyakan anak-anak di sampingnya.

Saya kenal dia. Dia adalah teman terdekat saya, tapi entah mengapa saya begitu enggan menyebutnya sahabat. Saat itu kami sedang mengikuti semacam malam inisiasi sebelum keesokan harinya kami dilantik menjadi misdinar di Gereja Paroki Hati Santa Perawan Maria tak Bercela Kumetiran, Yogyakarta.

13 March 2011

Funny Video





Kadang terdengar konyol memang, karena kadang saya tertawa karena melihat orang lain kesakitan.

Tapi ijinkan saya berkata jujur, video-video semacam inilah yang membuat saya mati-matian menahan suara di tengah malam, ketika saya berjalan-jalan ke dunia ini.

12 March 2011

Untuk Mereka

Pada suatu hari..(kembali ke masa kecil ketika menulis cerita) saya berjalan-jalan di dalam rumah dan bertemu dengan sekumpulan cendekiawan keren nan pintar yang sedang dilanda amarah hingga umpatan keluar dari pikiran hebat mereka.

Mereka marah karena sebuah status di facebook. Singkat cerita, si penulis status harus dengan rela hati menerima umpatan dari orang-orang pintar itu.

Saya melakukan hal bodoh, di tengah-tengah orang pintar itu saya masuk. Dan akhirnya..sebuah pertanyaan bodoh 
dari saya (yang bodoh ini) kepada mereka (yang katanya pintar, punya pikiran dewasa, kritis, teladan, dsb.) muncul di antara umpatan orang pintar..

Saya
"Apakah sebuah status di facebook bisa mendatangkan bencana alam?"

Mereka
"Bukan masalah status, tapi isi kepalanya waktu menulis status!"

Saya menyudahi pertanyaan saya, karena saya tahu pikiran saya tidak sepintar mereka-mereka itu. 

Mungkin seharusnya saya tanya lagi, apakah isi kepala orang yang menulis status bisa mendatangkan bencana alam?

Mungkin saja bisa, ketika ada teknologi atau kesaktian yang membuat seseorang berpikir, misalnya, Pulau Jawa terbelah dua dan kemudian terjadilah saat itu juga. Tetapi sejauh yang diketahui orang bodoh ini…belum ada teknologi yang langsung seperti itu..kesaktian? Boleh percaya, boleh tidak. ^^

Kalau tidak ada teknologi atau kesaktian yang bisa membuat isi kepala mendatangkan bencana alam, mengapa harus diperdebatkan di antara orang-orang pintar? Apa yang menjadi ketakutan bagi orang-orang pintar itu hingga mereka kebakaran jenggot?


Tapi sekali lagi, saya tidak mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan tadi, karena saya sadar mereka begitu pintar. Dengan kepintarannya mereka akan mengalihkan lagi ke hal lain, yang jelas-jelas tidak akan menjawab pertanyaan saya..(poor me !)

Kemudian mereka masih saja berbusa-busa mengucapkan dengan khidmat umpatan-umpatan terburuk yang pernah ada. Seluruh umpatan terus meluncur, menandakan kepintaran mereka yang didukung dengan etika tingkat tinggi..

Saya meninggalkan mereka dan memutuskan untuk kembali berjalan-jalan...

Ketika tiba di suatu lembah tiba-tiba saya menemukan secarik kertas bertuliskan: they’re blue, and they’re so stupid!

05 March 2011

Masyarakat Menengah ke Bawah (kata siapa?)

Seketika mata saya tertarik untuk menyapu halaman iklan yang ada di koran yang saya pegang. Koran ini cukup terkenal di Yogyakarta dan sekitarnya. Dalam diskusi-diskusi di kelas perkuliahan, kami sepakat bahwa koran ini memiliki segmentasi pasar "masyarakat menengah ke bawah".

Oleh: Andreas Ryan Sanjaya

Saya begitu terpesona oleh kata-kata dalam iklan yang dimuat dalam koran –yang katanya memiliki sasaran pada "masyarakat menengah ke bawah". Silahkan dibaca saja, yang pertama sebenarnya bukan iklan,  melainkan layanan konsultasi ‘terawang’ melalui SMS yang diasuh oleh seseorang yang dipercaya kemampuan batinnya.

Tanya: Mbah apakah sy berjodoh dengan pcr sy yng skrng
(Mbak, apakah saya berjodoh dengan pacar saya yang sekarang?)
Jawab: Maaf seharusnya Anda juga sebutkan identitas lengkap. Soal nama dan tanggal lahir bisa saya rahasiakan. Hubungan berdua saya lihat belum begitu dekat, dia juga belum sepenuh hati. Segera tarik hatinya agar cinta sepenuh hati dan selalu menurut, sebaiknya pakai ajian Pemikat Sukma untuk mendapatkan silahkan hubungi praktik saya.

22 February 2011

Wartawan dan Liputan Konflik

Wartawan merupakan garda terdepan yang akan menempatkan di mana posisi media dalam ranah pikiran publik.
(Syahputra, 2006:69)

Oleh: Andreas Ryan Sanjaya

Perlu disadari, makin banyak kritikan yang menghujani berbagai media massa dewasa ini terkait dengan produk-produk jurnalistik yang dihasilkan. Tendensi kritikan mengarah pada pemberitaan yang tidak seimbang dan pemberitaan yang dilebih-lebihkan. Kritik kepada media tentu tidak berhenti pada manajemen perusahaan media atau kebijakan redaksional, namun juga menyentuh wartawan sebagai garda terdepan.

Euforia demokrasi yang sering diwujudkan dalam demonstrasi yang berujung pada konflik dan kekerasan tidak pernah luput oleh media untuk diberitakan. Berita mengenai konflik yang tidak diawali dengan demonstransi juga menjadi santapan sehari-hari audien dari berbagai kalangan.

Konflik dan kekerasan seakan-akan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh semua audien. Suatu konflik bisa secara serempak menjadi headline di surat-surat kabar nasional maupun lokal, bahkan bisa saja seharian atau berhari-hari diberitakan melalui televisi. Setelah konflik yang ‘menarik’ itu sedikit mendingin, media kembali mengalihkan isu sebelumnya yang belum tuntas dibahas, ataupun mengangkat isu baru.

Tentang Kematian

Ternyata kata kematian tidak membuat orang menjadi mati dan berhenti. Orang-orang masih saja mendefinisi dan meredefinisikan kematian. Kematian menurut ini, kematian menurut itu, sesudah kematian, upacara kematian, dan sebagainya. Sampai kapan? Sampai kematian itu menjadi benar-benar mati dan tidak ada yang menghidupi.

Oleh: Andreas Ryan Sanjaya

Beberapa hari lalu umat Katolik di Yogyakarta kehilangan seorang romo. Almarhum mengalami kecelakaan di Muntilan (detailnya tidak perlu saya tuliskan di sini) .

Bertepatan dengan masa berkabung itu, saya mewawancara seorang romo lain (yang tidak lain adalah teman dari almarhum) berkaitan dengan tema artikel yang hendak saya tulis bersama dengan tim. Wawancara saya buka dengan sedikit berbasa-basi, berbincang tentang romo yang mengalami kecelakaan tersebut.

Saya ngawur saja bicara, “Kok bisa kecelakaan ya, romo.” Saya mengira romo yang ada di depan saya akan kemudian menceritakan kronologi kecelakaan, atau menceritakan perasaannya. Ternyata tidak. Dan jawabannya sedikit mengejutkan saya.

15 February 2011

Menjadi Jurnalis Cerdas

Tulisan ini sama sekali bukan lelucon. Tulisan ini berangkat dari keprihatinan yang tidak membutuhkan kecerdasan – maka saya bisa merasakannya.

28 January 2011

The Last Samurai

Tidak berlebihan rasanya bila saya menuliskan bahwa film ini adalah satu dari beberapa film terbaik yang pernah saya tonton. Memang rasanya terlalu terlambat untuk menontonnya sebab kalau film ini sudah dirilis sejak tahun 2003. Namun jangka waktu beberapa tahun ini saya rasa tidak mengurangi kualitas cerita film -karena memang tidak ada relevansinya.

Saya yakin bahwa setiap orang yang pernah menonton The Last Samurai akan menangkap tema besar film ini, sebut saja budaya tradisional versus budaya modern. Tentu kita tidak akan berhenti di tema tadi, apalagi kemudian hanya berhenti pada pemenang atas ‘pertarungan’ tersebut.

Harga Diri

Saya menyebutnya harga diri, bukan gengsi. ‘Harga diri’ di tulisan ini dikaitkan dengan frasa ‘bangsa Jepang’ sehingga menjadi ‘harga diri bangsa Jepang’ (lihat betapa janggalnya kalau kita menyebut ‘gengsi bangsa Jepang’, meski mungkin memang gengsi. hehe..). Nah, harga diri bangsa Jepang yang saya maksud direpresentasikan oleh tradisi harakiri.

Sejauh yang saya tahu, harakiri merupakan tradisi  yang terhormat bagi bangsa Jepang. Harakiri menyimbolkan penghormatan dan kesetiaan kepada Kaisar - yang dipercaya sebagai titisan dewa. Biasanya harakiri tidak dilakukan sendiri, ada orang lain yang membantunya untuk melakukan tradisi ini. Setelah seseorang menusukkan pedang ke perutnya sendiri dan kemudian merobeknya secara lateral, ada seorang lain yang bertugas untuk memenggal kepala dari sang pelaku harakiri.

24 January 2011

The Curious Case of Benjamin Button

“Dulu waktu saya masih tua, pak..” adalah cuplikan kalimat gurauan saya dan seorang teman sekamar ketika di asrama. Dan suatu sore tiba-tiba dia berteriak, “Njay! Ide kita dicuri orang! Ternyata omongan kita udah dibikin film..” Tentu saja dia hanya bergurau, ide kami tidak mungkin dicuri si pembuat film, dan kami juga tidak tahu ada film dengan cerita itu. Dan inilah film yang dia maksud: The Curious Case of Benjamin Button.

Resensi tentang cerita film ini sudah banyak ditulis di dunia maya, saya tidak akan banyak menuliskan jalan ceritanya. Latar belakang cerita film ini adalah akhir Perang Dunia I, ketika negara kelahiran Button berada dalam euforia kemenangan perang. Secara sangat singkat, Benjamin Button terlahir tua dan mati sebagai anak kecil (baca: bayi).

Baca Tulisan Lain