24 January 2015

Sekian Menit

Sekian menit yang lalu aku berpikir tentang indahnya penelitian yang akan kubuat sebagai tesis. Tentang judul dan tema yang kusenangi, tentang metode analisis yang keren tapi sulit kupahami, dan tentang proposal sangar yang akan kujual kepada penyandang dana. Semua itu menyusun kisah-kisah imajiner yang berada di mataku yang tak lelah beradu dengan monitor.

Jadi Penghuni Perpus yang Keren itu Mudah

Dalam waktu beberapa puluh menit ini aku sudah menemukan dua pria gagah yang berlarian untuk mengejar pintu lift yang masih terbuka. Mereka berlarian bak waria yang sedang dikejar petugas ketika razia. Bedanya, tidak ada guncangan dari benda-benda menggantung yang dijejalkan dengan sengaja.

Untuk Bangsa: Simpan Energimu, Bang!

Harian Kompas hari ini (23/1) menurut saya patut dapat pujian. Ketika harian-harian lain menjadikan ketegangan KPK (baca: Abraham Samad) dengan lembaga-lembaga ‘sangar’ lain sebagai sajian utama, headline Kompas justru ‘mengusulkan’ untuk menjaga energi bangsa untuk tidak saling ribut. Energi bangsa yang terbuang itu, misalnya, bisa dialihkan untuk fokus membangun struktur ekonomi negara yang tak kunjung dalam kondisi yang diimpikan. Selain itu, konflik berlarut-larut antarlembaga dikhawatirkan menghancurkan momentum dan optimisme warga yang dibangun semasa Pilpres 2014.

19 January 2015

Hla atau Lha?


Salah satu logat Jawa yang sering saya dengar adalah 'lha.' Bukan 'la', tapi 'la' dengan lebih tebal, khas medok Jawa. Bukan juga 'lah' seperti yang digunakan orang-orang kota. Minggu-minggu pertama pelatihan calon reporter (terimakasih mas Bison!) baru saya tahu kalau penulisan yang lebih tepat adalah 'hla', bukan 'lha.' 

18 January 2015

Mahasiswa, Demonstrasi, dan Media

Gambar diambil tanpa ijin dari liputan11.blogspot.com

Para demonstran menutup akses jalan raya, membakar ban secara serampangan, dan menyerang pos polisi yang berada di dekat tempat mereka melancarkan aksi demonstrasi. Aksi rusuh dan cenderung anarkis ini dilakukan oleh ratusan mahasiswa Jogja pekan ini. Mereka mengklaim diri mewakili rakyat untuk menolak kebijakan pengurangan subsidi BBM yang membuat harganya merangkak naik sebanyak Rp2000/liter.

15 January 2015

Akar Masalah yang Rumit

Masalah datang karena akar masalah.
Lalu solusi tiba untuk menghancurkan akar masalah.
Masalahnya adalah si akar masalah terlalu bodoh 
untuk menyadari  bahwa 
dirinya adalah penyebab masalah.
Si akar masalah berlagak memunculkan solusi.
Solusi itu tidak menyentuh dirinya.
Maka masalah tak kunjung pergi.
Masalah yang tak kunjung pergi itu didatangi masalah lain, 
dengan akar masalah yang berbeda.
Mirip, akar masalah itu tak kalah bodoh dengan akar masalah.
Bahkan, akar masalah itu berlagak jadi solusi.
Mana bisa menyentuh dirinya sendiri?
Maka masalah yang ini, 
dan masalah yang sebelumnya, 
akan selalu ada.
Para akar masalah itu membuat masalah.
Memang itu tugas mereka.
Maka tidak ada solusi yang lebih indah 
selain menyingkirkan akar masalah.
Mereka yang bebal, mereka yang tidak tahu diri.
Setelah itu masalah akan sirna, masalah akan selesai.
Mungkin akan datang masalah lagi.

Semoga dengan akar masalah yang lebih pandai.

05 January 2015

Harga Diri

Suatu sore seorang pakdhe bilang,

”Kita ini wong cilik. Kita tidak punya apa-apa kecuali harga diri. Sampai kita mengorbankan harga diri itu, kita benar-benar tidak punya apa-apa.”

03 January 2015

Patah Hati, Soe Hok Gie, dan Umur 18 Kita

Gambar diambil tanpa ijin dari uniqpost.com

Saya sering patah hati. Bukan [hanya] karena perempuan, tapi juga karena ketidaktahuan orang akan sesuatu yang saya anggap mereka seharusnya tahu. Patah hati ini makin menjadi-jadi ketika sesuatu yang tidak mereka ketahui itu adalah hal yang saya idolakan. Mungkin terdengar terlalu ‘maksa’ dan kekanakan, tapi ini masalah hati. *malah curhat* Begini salah satu kisah patah hati saya. 

Baca Tulisan Lain