06 March 2017

“nda..”

via initempatwisata.com

“dab” yang digusur “nda”—sebuah catatan

supra merah itu tak lagi menggilas jalan godean. tidak juga menyayat aspal jakarta seperti tiga tahun lalu denganmu. dia kini ngeden menapaki tanjakan dan turunan licin di karangrejo hingga pawiyatan luhur. “seperti perjalanan ke basecamp pendakian..” katanya.

bagaimanapun jalanan di sana dan di sini masih sama saja. pagi padat, sore tersendat. bersama pekerja yang terpaksa meninggalkan bantal pagi-pagi betul. mereka yang pulang lalu tergesa bercinta meski bau debu-asap.

juga bersama sopir-sopir angkutan yang gemar senggol sana-sini. meninggalkan pisuhan seiring rem yang berhasil menghenti laju.

soal burjoan, dia bukan raja di sini. adalah warteg, yang menancapkan bendera dengan mantap. tak jadi soal. telur dadar-sayur-kering tempe adalah mewah. bolehlah hapus sejenak istilah “nastel” di kamus.

jatingaleh tak pernah seperti besole raya yang bersahabat meski sunyi. kendaraan besar melintas tiap waktu. tapi bisingnya tol tidaklah seberapa dibanding basahnya desahan suaramu di kuping kiriku.

yang jelas, dia juga tak seriuh rapalan-rapalan doa yang kau ucap tiap malam sambil terpejam.

Semarang
2017

Baca Tulisan Lain