23 March 2016

s i m b a h p u t r i

sehelai daun kering jatuh di antara riuh hotel gowongan. dia pernah hijau dan jadi teduh bagi katakata yang sedang kepanasan. | @ryansandjaja

“Semoga besok mas Ryan jadi orang pilihan,” begitulah isi doa yang berulang-ulang disampaikan simbah putri tiap kali saya sungkem. Paling tidak ada empat kali dalam setahun saya sungkem: Idul Fitri, Natal, ulang tahun simbah, dan Idul Adha.

06 March 2016

Hobi Membentuk Karakter (?)

Ada yang pernah bilang kalau karakter terbentuk dari apa yang kita lakukan sehari-hari: tindakan, perbuatan, sikap, dsb. Kali ini saya merefleksikan karakter dua sahabat saya yang [dugaan saya] terbentuk dari hobi mereka. Atau karakter merekalah yang lalu menentukan hobi? Bisa jadi. Namun itu perkara lain.

Sebut saja Bulan. Dia hobi bersepeda. Kalau tak salah sejak SMP dia sudah menekuni kegemarannya itu. Bolak balik Jogja—Kaliurang adalah hal biasa baginya. Sejauh saya kenal, dia punya karakter yang selow dan rapi. Tidak tampak ngotot dan ambisius, tetapi dia sangat setia menjalani tantangan di depannya dengan tekun.

Itu sama dengan apa yang dilakukan orang-orang ketika bersepeda jarak jauh, apalagi lewat jalan nanjak. Alih-alih ngotot ingin cepat sampai, mereka memilih mengayuh dengan teratur dan menikmati perjalanan. Kalau lelah ya istirahat, habis itu jalan lagi dengan kecepatan kayuhan yang konstan. Begitu terus sampai tujuan yang mereka tentukan di awal.

Ada lagi, sebut saja Air. Menurut saya, dia menguasai perihal tumbuh-tumbuhan, terutama pohon buah. Barangkali hobi itu bawaan dari rumahnya yang memang ada banyak tanaman. Dia pun mengarahkan bacaannya juga pada majalah-majalah soal tanaman. Dia punya karakter yang sabar, konsisten, tenang, dewasa, dan tidak terburu-buru.

Lagi-lagi itu sama dengan apa yang dilakukan petani, atau kalau tidak, orang yang gemar bercocok tanam. Dia pernah bilang ke saya, “Kalau mau belajar sabar, belajarlah dari [pe/ber]tani.” Kira-kira dia bilang kalau kita hanya bisa mengupayakan yang terbaik: siram setiap hari, memupuk pada waktunya, memotong ranting, dsb. Tujuan kita itu satu: tanaman bisa hidup. Soal berbuah atau tidak, bisa jadi itu soal waktu, atau hal-hal yang di luar kendali kita.

Refleksi ini masih berlanjut pada hobi-hobi lain yang saya temui pada sahabat-sahabat yang lain. Namun sekali lagi, ini hanya dugaan. Tak ada basis ilmiah sama sekali. Hobi barangkali bisa memengaruhi karakter, tetapi hobi bukan satu-satunya yang memengaruhi pembentukan karakter. Barangkali lebih tepatnya: pengulangan akan membentuk pola.

Jadi, kalau saat ini hobi yang ditekuni sebagian besar generasi Y adalah memelototi gawai, kita boleh saja berandai-andai soal karakter (dan pandangan hidup) macam apa yang sedang mereka—dan kita—bangun.

________
Catatan:
Kedua sahabat saya itu telah punya pekerjaan yang sangat baik. Mereka sedang membangun diri menggunakan cara masing-masing; sesuai karakter mereka.


Baca Tulisan Lain