Skip to main content

Hobi Membentuk Karakter (?)

Ada yang pernah bilang kalau karakter terbentuk dari apa yang kita lakukan sehari-hari: tindakan, perbuatan, sikap, dsb. Kali ini saya merefleksikan karakter dua sahabat saya yang [dugaan saya] terbentuk dari hobi mereka. Atau karakter merekalah yang lalu menentukan hobi? Bisa jadi. Namun itu perkara lain.

Sebut saja Bulan. Dia hobi bersepeda. Kalau tak salah sejak SMP dia sudah menekuni kegemarannya itu. Bolak balik Jogja—Kaliurang adalah hal biasa baginya. Sejauh saya kenal, dia punya karakter yang selow dan rapi. Tidak tampak ngotot dan ambisius, tetapi dia sangat setia menjalani tantangan di depannya dengan tekun.

Itu sama dengan apa yang dilakukan orang-orang ketika bersepeda jarak jauh, apalagi lewat jalan nanjak. Alih-alih ngotot ingin cepat sampai, mereka memilih mengayuh dengan teratur dan menikmati perjalanan. Kalau lelah ya istirahat, habis itu jalan lagi dengan kecepatan kayuhan yang konstan. Begitu terus sampai tujuan yang mereka tentukan di awal.

Ada lagi, sebut saja Air. Menurut saya, dia menguasai perihal tumbuh-tumbuhan, terutama pohon buah. Barangkali hobi itu bawaan dari rumahnya yang memang ada banyak tanaman. Dia pun mengarahkan bacaannya juga pada majalah-majalah soal tanaman. Dia punya karakter yang sabar, konsisten, tenang, dewasa, dan tidak terburu-buru.

Lagi-lagi itu sama dengan apa yang dilakukan petani, atau kalau tidak, orang yang gemar bercocok tanam. Dia pernah bilang ke saya, “Kalau mau belajar sabar, belajarlah dari [pe/ber]tani.” Kira-kira dia bilang kalau kita hanya bisa mengupayakan yang terbaik: siram setiap hari, memupuk pada waktunya, memotong ranting, dsb. Tujuan kita itu satu: tanaman bisa hidup. Soal berbuah atau tidak, bisa jadi itu soal waktu, atau hal-hal yang di luar kendali kita.

Refleksi ini masih berlanjut pada hobi-hobi lain yang saya temui pada sahabat-sahabat yang lain. Namun sekali lagi, ini hanya dugaan. Tak ada basis ilmiah sama sekali. Hobi barangkali bisa memengaruhi karakter, tetapi hobi bukan satu-satunya yang memengaruhi pembentukan karakter. Barangkali lebih tepatnya: pengulangan akan membentuk pola.

Jadi, kalau saat ini hobi yang ditekuni sebagian besar generasi Y adalah memelototi gawai, kita boleh saja berandai-andai soal karakter (dan pandangan hidup) macam apa yang sedang mereka—dan kita—bangun.

________
Catatan:
Kedua sahabat saya itu telah punya pekerjaan yang sangat baik. Mereka sedang membangun diri menggunakan cara masing-masing; sesuai karakter mereka.


Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.