09 December 2015

Pengunjung Orang Sakit dan Perilaku-Perilaku yang Dibawanya

via www.theladbible.com

Angin yang menyapa di muka bangsal Elizabeth siang itu kian menggoda. Dia mengalir lewat rambut di belakang kepala, menelusur lewat telinga, lantas menari-nari sejenak di depan mata.

Dalam pandangan sayu itu terlintas rombongan ibu-ibu berkerudung. Di bagian depan rombongan ada seorang bapak-bapak tua, dia pakai batik coklat lengan panjang dengan dobelan kaos di dalamnya. Dari pakaian yang mereka kenakan sepertinya mereka berasal dari suatu tempat di pinggir kota. Mereka jalan pelan sambil sesekali tengok kanan kiri. Mereka seakan kagum dengan ketinggian gedung-gedung di Panti Rapih.

Beberapa dari mereka membawa bungkusan—yang entah apa isinya. Ada yang membawa sebungkus tas kresek hitam, sementara yang lain dibungkus pakai kain putih kumal yang mengabu-abu. Sudah pasti mereka akan mengunjungi seseorang yang mereka kenal dengan baik. Barangkali tetangga yang tinggal se-RT dengan mereka.

Pemandangan itu mengingatkan saya akan beberapa perilaku orang ketika mereka mengunjungi orang sakit. Beberapa pasien senang dengan model pengunjung tertentu, sisanya tidak begitu gembira, bahkan ada juga yang tak ingin dikunjungi oleh orang lain. Namun kali ini saya akan menulis soal model perilaku pengunjung, anda boleh saja menambahkan di bawah.

#1 Pendoa yang Saleh (pinjam istilah Alkitab)

Ada pengunjung yang bicara pelan dan tenang kepada pasien. Dia datang untuk mengayomi dan menunjukkan dukungan lewat sikapnya yang halus. Tak lupa sebelum pamitan dia kemudian berdoa terlebih dahulu untuk kesembuhan pasien dan ketabahan anggota keluarga yang mendampingi pasien. Dia tidak banyak bertanya detil soal penyakit, tapi memberi semangat dengan cara-cara yang halus dan nikmat sekali di telinga. Sebagian di antaranya adalah orang-orang tua (yang cenderung suka menasihati), sementara sisanya adalah orang seumuran dengan pasien. “Ya sudah.. pokoknya tetap berdoa, hatinya harus selalu gembira, dan memasrahkan kesehatan pada Tuhan melalui dokter dan perawat yang menangani panjenengan..” kata mereka. Sejuuuk sekali.

#2 Komedian Salah Panggung

“Sakit adalah kesedihan” barangkali kata-kata yang tertanam pada pengunjung. Maka dia tak akan segan untuk menjadi komedian ketika berkunjung. Kalau leluconnya itu punya frekuensi sama dengan pasien (dan penunggu pasien) sih tidak masalah, tertawa memang dipercaya mempercepat proses penyembuhan. Namun akan jadi celaka kalau dia adalah komedian yang gagal, atau katakanlah, punya selera humor yang berbeda. Dia bisa jadi komedian yang sangat mandiri: menertawakan celetukannya sendiri. Lebih dari itu, pasien juga akan cepat merasa lelah karena berpura-pura bahagia. LOL.

#3 Wartawan Infotainment

Istilah kekiniannya adalah kepo. Pengunjung jenis satu ini menanyakan dengan detil apa saja yang dialami oleh pasien. Mulai dari awal sakitnya, hasil pemeriksaan, proses penanganan medis, obat-obatnya apa, pantangan makan apa, berapa hari di rumah sakit, setelah ini bisa dicegah dengan cara bagimana, dan seterusnya dan seterusnya. Tak jarang dari mereka ada yang bertanya dengan muka yang menunjukkan empati yang mendalam. Beberapa di antaranya bahkan tampak berkaca-kaca. Bersyukurlah tidak semua pengunjung berjenis demikian, pasien dan keluarga pasti akan sangat lelah mengulang-ulang cerita yang sama..

#4 Malah Curcol...

Semesta itu sangat adil, bung, sangatlah sangat adil. Ada pengunjung yang senang meminta pasien bercerita banyak soal sakitnya, ada juga yang senang bercerita soal penyakit yang dialaminya. Atau penyakit yang dialami kerabat dekatnya, dan dia jadi bagian penting dalam proses penyembuhan kerabatnya itu. Entah kenapa dengan pengunjung jenis ini. Mereka itu memang senang bercerita, ataukah dalam hidup sehari-harinya mereka tak ada kawan bercerita. Maka setiap saat dia  berkumpul, bahkan ketika mengunjungi orang sakitpun, dia menumpahkan ceritanya. Seringkali, bahkan, cara mereka bercerita lebih heboh dari pasien itu sendiri. Tak jarang mulutnya berbusa, ada sekumpulan ludah putih yang menggantung di sudut-sudut bibir mereka.

#5 Motivator Ulung

“Gimana, tante? Sehat kan!?” kata seorang ponakan ketika mengunjungi tantenya yang terkapar. Ekspresi wajahnya tampak kalau dia ingin memberi semangat dan motivasi tantenya yang sedang terkapar itu. Dia pikir caranya itu efektif. Meski kadang ada juga yang dengan sinisnya bilang, “Cah edan. Ngerti lagi tepar ngono kok ditakoni sehat.”

Ada juga seorang teman pengunjung yang ketika datang langsung bilang, “Ngapain di rumah sakit? Nggak usah lama-lama. Ayo pulang,” sambil menggandeng tangan temannya yang sedang jadi pasien. Barangkali ini lebih memotivasi dibanding yang pertama. Namun pada dasarnya sama, mereka ingin menjadi motivator, setidaknya, ingin memberi motivasi bagi pasien untuk cepat sembuh.

Sejauh ini saya baru mengamati lima jenis pengunjung ini. Jika anda jadi pengunjung, anda berada pada jenis yang mana? Jika anda jadi pasien, pengunjung jenis mana yang paling anda sukai? Ataukah  saya masih kurang dalam menyebutkan jenisnya? Silakan tambahkan sendiri di bawah.

07 December 2015

Sampah, Perilaku, dan Peradaban Kita

Sumber: www.matatajam.com

Pagi tadi jogging di dekat Mirota Kampus (Jalan Godean), melewati jalan yang dikepung sawah yang ditumbuhi padi muda. Kebetulan ada petani yang sedang berdiri di salah satu petak. Sepertinya pemandangan biasa kan? Namun sebenarnya tidak.

Baca Tulisan Lain