Gedung kampus itu tempat ilmu pengetahuan dan kreativitas bergerak bebas. Liar. Tanpa batas. Tidak bagi saya. Dia tak ubahnya sebuah sangkar yang rapat. Burung di dalamnya hanya melihat dunia luar tanpa datang ke dunia itu.
Itu hanya penggalan kata-kata ngawur yang saya buat. Dunia pendidikan bagi saya masih mengambang, meski banyak bukti bahwa pendidikan mampu membuat seseorang mencapai kesuksesannya. Sebut saja Soekarno, yang bagi saya seorang filsuf yang sedikit lebih menjejak tanah dari filsuf pujaannya.
Tak ada gunanya membaca buku tebal berisi teori, kemudian menganalisis permasalahan tertentu menggunakan pisau analisis dari buku teori tadi. Ketik, print, kumpulkan dosen. Dibaca dosen, diberi nilai angka atau huruf, lalu dibuang. Banyak juga yang dikembalikan ke mahasiswa.
Dari yang dikembalikan ke mahasiswa itu lalu diambil, dilihat nilainya, kemudian disimpan hingga sadar bahwa itu sampah, lalu dibuang. Beberapa dijual ke tukang loak atau tempat jual makalah-makalah.
Beberapa kemudian menyiasatinya dengan membuatnya menjadi buku. Ini semacam bunga rampai, karangan dari banyak orang. Cetak jumlah kecil di percetakan murah, adakan peluncuran, lalu simpan. “Ini untuk portofolio” pikir mereka. Menggelikan bagi saya.
Mungkin pendidikan di kampus itu memang hanya mengantar orang untuk menemukan kacamata untuk melihat dunia. Bukan menemukan kendaraan dan rute jalan untuk datang ke sana. Namun perlukah kita ke sana? Untuk apa?
Tujuan kuliah. Motivasi kuliah. Mahasiswa yang hendak menuju semester lima ini belum punya mereka. Padahal itu perlu, jujur saja. Zombie saja tahu apa yang jadi tujuan mereka berjalan. Dan zombie tidak mengeluarkan sejumlah uang untuk itu!
Judul di atas mensyaratkan bahwa motivasi itu ditemukan, tentu lewat proses pencarian. Artinya motivasi itu ada, entah melayang-layang di udara, tersembunyi di semak-semak, di manapun. Mengapa tidak menciptakan motivasi saja?
Entah mengapa saya sangat mengagumi pemikiran Whitehead dengan filsafat organismenya (atau filsafat proses). Dikatakan bahwa sesuatu itu ada karena kumpulan satuan-satuan aktual (actual entities) yang membentuknya, terus menerus, tanpa henti. Satuan-satuan aktual bisa berupa pengalaman, narasi, apapun.
Mungkin itu juga berlaku bagi motivasi. Ketika menulis tulisan abstrak ini tidak banyak satuan-satuan aktual yang membentuk motivasi kuliah si mahasiswa. Atau sebenarnya banyak yang berpotensi, tapi tidak digunakan karena ada unsur kreativitas (creativity dalam pengertian Whitehead) yang menolaknya.
Mengapa kuliah? Mengapa kuliah di tempat yang tidak saya inginkan? Mengapa ambil jurusan ini, bukan yang lain? Njur ngapa yen kuliah?
Sebaiknya saya hentikan dulu monolog bodoh dan ocehan mahasiswa yang akan menginjak semester V besok Agustus ini. Sebelum semuanya hancur, sebelum gedung kampus itu menjadi sangkar kumuh berlumur muntahan dan air mata dari burung di dalamnya.
No comments:
Post a Comment