Skip to main content

Imajinasi Masa Kecil

Entah kenapa saya ingin sekali menuliskan imajinasi anak kecil yang kadang terbawa hingga dewasa. Kadang imajinasi anak kecil inilah yang menjadi hasrat terpendam dari seseorang hingga masa tuanya. Atau bahkan mungkin sebenarnya itu adalah panggilan hidupnya. Siapa tahu?

Di tulisan ini saya hanya hendak menuliskan dua buah imajinasi masa kecil yang menurut saya masih seringkali muncul. Tidak penting sih, tapi masing-masing dari kita masih harus tetap memiliki kemampuan imajinasi saya kira.

Terbang
Imajinasi saya dulu muncul biasanya karena mengakses cerita-cerita kartun. Masih jelas dalam ingatan saya, saya ingin sekali bisa terbang. Terbang layaknya tokoh-tokoh dalam Dragon Ball. Mereka terbang dengan cara mengosongkan pikiran, suatu hal yang belum pernah bisa saya lakukan. Pernah ada dialog (saya lupa siapa dengan siapa) yang mengatakan,”Mengosongkan pikiran tidak sama dengan tidak memikirkan apa-apa.” Nah.. hingga umur 20 tahun saya tetap belum memahami. Makanya saya belum bisa terbang-terbang. (kesimpulan bodoh)

Angka
Imajinasi ini yang masih membuat saya terheran-heran dengan masa kecil saya. Ketika bermain kartu dengan saudara-saudara saya, begitu banyak angka yang masuk dalam ingatan. Anehnya, saya kemudian melekatkan karakter-karakter tertentu pada angka-angka tersebut.

Angka 1 >> laki-laki yang kalem, tenang, bersih, flamboyan.
Angka 2 >> perempuan (tanpa karakter)
Angka 3 >> laki-laki yang sudah dewasa, garang, mudah marah.
Angka 4 >> perempuan yang kurus.
Angka 5 >> perempuan yang gendut namun berwibawa (ibu-ibu).
Angka 6 >> laki-laki (tanpa karakter)
Angka 7 >> laki-laki, keras hati.
Angka 8 >> laki-laki bijaksana.
Angka 9 >> laki-laki perfeksionis.

Kenapa saya bisa melekatkan karakter pada angka-angka di atas? Seharusnya saya bertanya sewaktu saya kecil. Entah bagaimana cara pikiran ini bekerja, namun karakter itu masih saya lekatkan hingga kini.

Apa imajinasimu?

Comments

  1. Imajinasi gue ketemu gorila yang bisa diajak ngobrol!! Eh ternyata ketemu pas SMA hahahha... peace bro \(^0^)/..thanx buat cerita2nya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.