Belum lama ini kondisi politik di Daerah Istimewa Yogyakarta digoyang oleh isu mengenai diadakannya pemilihan Gubernur DIY. Keistimewaan daerah ini dipertanyakan, sekaligus dipertahankan, oleh para pengikutnya. Mereka disebut orang-orang pro penetapan.
Apa yang ditetapkan? Posisi Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur dan Paku Alam IX sebagai Wakil Gubernur. Beliau berdua ini memiliki singgasana (sebagai “Ratu”) di dua tempat yang berbeda. Kraton Kasultanan Ngayogyakarta sudah begitu terkenalnya, namun bagaimana dengan Kraton Pakualaman?
Terus terang, saya sebagai orang asli Jogja ini tersentak ketika tersadar bahwa saya tidak mengerti apa-apa mengenai Kraton yang satu ini. Saya mencari-cari informasi tentang tempat ini di buku-buku dalam lemari buku. Nihil. Hanya ada Ensiklopedi Kraton Yogyakarta dan Ensiklopedi Kotagede.
Suatu saat Bapak mengajak saya untuk merekam kegiatan penulisan buku di Pakualaman. Menurut tim penulis, buku ini diharapkan menjadi buku induk yang berisi informasi mengenai Kraton Pakualaman. Mulai dari upacara-upacara adat, arsitektur, wayang, dan sebagainya. Ini adalah jawaban atas pertanyaan.
Semoga cepat rampung, lalu bisa dibaca.
Ini saya sertakan satu foto seorang keluarga Pakualaman. Sudah berumur, dan masih mampu bercerita banyak mengenai pengalaman dan pengetahuannya mengenai Kraton Pakualaman. Bisa jadi dia pelaku sejarah, atau saksi sejarah.
No comments:
Post a Comment