15 February 2011

Menjadi Jurnalis Cerdas

Tulisan ini sama sekali bukan lelucon. Tulisan ini berangkat dari keprihatinan yang tidak membutuhkan kecerdasan – maka saya bisa merasakannya.


Seorang jurnalis cerdas dari televisi swasta yang sering dihujat di suatu negeri sedang melakukan wawancara kepada seorang ibu yang sedang sangat bersedih karena jasad bayinya yang sudah dikubur dicuri orang misterius.


…(wawancara mulai berjalan; ekspresi ibu: sedih bukan main; ekspresi jurnalis: simpatik dan terlihat cerdas)…

Jurnalis : Anak keberapa, bu?
Ibu : Anak pertama.
Jurnalis : Sebelumnya sudah pernah punya anak?
Ibu : Belum pernah, baru ini anak saya.

…(wawancara dilanjutkan; ekspresi ibu: tetap sedih; ekspresi jurnalis: terlihat semakin cerdas; ekspresi saya: iri karena kalah cerdas)…

Meski mungkin kata-katanya tidak persis seperti yang saya tuliskan, namun substansi dari pertanyaan  (cerdas) sang jurnalis (cerdas) kurang lebih seperti itu.

Mari menjadi jurnalis cerdas (!)

No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain