Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Bergerak Menolak Hoax!

Pekan lalu muncul berita ironis di TribunSumsel.com. Berita itu berjudul “ Kesal Perawat Digoda, Dokter Pukul Pasien Sekali Tinju Hingga Tewas . ” Pada berita tersebut dinarasikan bahwa sang dokter dari Rusia memukul pasien karena dianggap telah menggoda perawat. Terasa tipis aroma seksualitas pada berita ini, yang lalu banyak dibaca dan di- like  oleh jutaan pembaca dalam hitungan menit. Isu seksualitas secara umum memang sensitif secara kultural, sehingga sering mendapat perhatian meski sepintas saja (Mc Bride et al, 2007). Namun berita tersebut rupanya  hoax . Ada beberapa versi mengenai asal istilah  hoax , tetapi secara umum disepakati bahwa  hoax  adalah informasi yang bohong, palsu, atau tak sesuai kenyataan. Berita mengenai kebohongan yang disebar oleh sebuah media online korporasi yang besar tentu menjadi ironi—bila tak disebut tragedi. Parahnya, ini adalah fenomena gunung es. Sangat terasa ketika serangan teroris “Bom Thamrin” pekan lalu inform...

Menakar Ulang Peluang Kolom Komentar di Media Online

Keberadaan kolom komentar pada media online di Indonesia seakan menjadi perangkat wajib bagi setiap redaksi media online. Ketersediaan bagian ini memungkinkan setiap pembaca dapat menuliskan komentar atas berita yang mereka baca di atasnya. Komentar barangkali jarang diperhatikan sebagai objek kajian, tetapi studi pada media online sekiranya perlu menilik ke sana. Pasalnya, komentar pembaca adalah representasi proses akhir dari jurnalisme: interpretasi pembaca (Reich, 2011). Di lain sisi,   Bill Kovach dan Tom Rosenstiel   mengingatkan bahwa jurnalisme mestinya menyediakan ruang komentar dan kekritisan bagi publik. Kendati banyak dipandang sebagai komitmen media atas kebebasan berbicara bagi publik, kolom komentar—berikut kebijakan redaksi dan kontennya—menyimpan berbagai persoalan yang belum selesai. Persoalan pertama adalah mengenai kualitas komentar. Karena kemunculan kolom komentar ini adalah kepanjangan dari demokrasi, maka kualitas komentarpun perlu merujuk ke arah...

Tentang Cinta yang Singkat

Kita berdua menuruni bukit dengan agak kesulitan. Tangan kita memegang masing-masing sisi plastik berisi sampah.  Harus kompak, harus erat.  Kalau salah satu melepaskan pegangan, sampah akan tumpah.  Karena kita tahu, memungut kembali sampah itu tak menyenangkan.