Minggu yang kelabu.
Seorang bayi diijinkan menjadi kuncup dan mekar di dalam hati ibunya.
Selamanya akan mekar,
dan tidak menjadi layu.
Dia lahir dari hati,
dan akan kembali ke dalam hati.
18 hari merasakan udara yang menyakitkan.
Akhirnya dia menjadi udara itu sendiri.
Udara yang menyadarkan keluarganya,
hidup ini sungguh dan terlalu singkat.
Mohon Ibu Maria,
gendonglah dia,
karena dia belum bisa berjalan.
*kenangan atas meninggalnya seorang keponakan berumur 18 hari
28 November 2010
25 November 2010
Ikan di Air
7art-screensavers.com |
Adalah kesombongan yang memalukan ketika mengingat masa lalu.
Kami menganggap diri kami ikan besar di kolam kecil.
Mungkin kami memang ikan besar, kawan.
Terlalu besar hingga tidak mampu bergerak sedikitpun.
Yang hanya mampu berkoar-koar melalui mulut busuk kami.
Ikan besar ini hanya memenuhi seisi kolam.
Ikan kecil yang ceria dan beraneka warna menjadi tiada arti.
Kami hanya menjadi seonggok daging tanpa makna.
Adalah kebutaan yang menyakitkan ketika mengingat masa lalu.
Kami menganggap diri kami ikan besar di kolam kecil.
Ikan besar yang selalu merindukan samudera.
“Kolam ini terlalu kecil, seharusnya kita di samudera..” teriak kami.
Buta, kawan, kami buta.
Samudera itu hanya ilusi.
Realitas samudera ada di sini, kawan.
Dan kami baru satu jengkal dari bibir pantai.
Adalah kebodohan yang memuakkan ketika mengingat masa lalu.
Kami menganggap diri kami ikan besar di kolam kecil.
Kolam kecil ini ternyata samudera yang lain.
Lihat, kami kelelahan bersama kalian di bibir pantai itu.
Masih tercium bau daratan, kawan, kita belum jauh.
Kini tidak ada ikan besar lagi.
Kita ikan kecil yang siap menjelajah samudera.
Samudera yang kita cipta sendiri.
Bodoh.
Kolam atau samudera,
kita hanya butuh air.
24 November 2010
Manusia-Manusia Perpustakaan
Ya, mereka manusia-manusia perpustakaan.
Bukan para pegawai perpustakaan,
namun mereka yang menghabiskan sore ini di perpustakaan.
Lihatlah mereka:
duduk tegak;
kepala tenang;
ekspresi wajah mulai dari terkantuk-kantuk hingga mencoba menyatukan kedua alisnya, semua ada.
Sang bijak berkata: apa yang anda baca, itulah isi otak anda.
Lihatlah bacaan mereka:
buku-buku agama;
jurnalisme dan komunikasi;
kebijakan publik;
semua berserakan di banyak meja yang disediakan.
Itukah isi otaknya? Entah.
Bukan para pegawai perpustakaan,
namun mereka yang menghabiskan sore ini di perpustakaan.
Lihatlah mereka:
duduk tegak;
kepala tenang;
ekspresi wajah mulai dari terkantuk-kantuk hingga mencoba menyatukan kedua alisnya, semua ada.
Sang bijak berkata: apa yang anda baca, itulah isi otak anda.
Lihatlah bacaan mereka:
buku-buku agama;
jurnalisme dan komunikasi;
kebijakan publik;
semua berserakan di banyak meja yang disediakan.
Itukah isi otaknya? Entah.
21 November 2010
Mengapa dokumenter ?
Tulisan ini bukan berisikan hal teoritis dan praktis mengenai seluk beluk film dokumenter.
Bukan juga berbicara mengenai gagasan, eksekusi, hingga proses editing.
Sebenarnya yang anda baca ini hanya sekadar jawaban atas pertanyaan yang muncul dari dalam mengenai ketertarikan saya pada film dokumenter.
Sebenarnya yang anda baca ini hanya sekadar jawaban atas pertanyaan yang muncul dari dalam mengenai ketertarikan saya pada film dokumenter.
Satu jawaban pertama yang muncul di otak kosong saya adalah bahwa film dokumenter mengungkapkan realitas.
Tidak perlu berdebat panjang layaknya filsuf naturalis hingga materialis untuk menentukan definisi dari 'realitas', baca saja karya-karya mereka dan temukan maknanya.
Realitas
Bagaimanapun juga, realitas dalam film dokumenter merupakan realitas subjektif-dari sisi sang pembuat film.
Adakah yang lebih menarik dari perbedaan?
Kutub magnet yang berbeda akan saling menarik, jenis kelamin berbeda juga saling menarik (kecuali dalam kasus tertentu), perbedaan teori dan praktek yang ada menarik para ilmuwan sosial untuk melakukan penelitian, dan segala macam perbedaan lainnya.
Mengetahui realitas dari subjek lain menuntut kita untuk setia pada pandangan kita sekaligus mampu mengkritisinya.
Gagasan
Hal berikutnya adalah kesetiaan pada gagasan awal.
Gagasan pada nantinya berkaitan erat dengan riset yang perlu kita lakukan sebelum membuat film dokumenter.
Riset yang matang dan mendalam merupakan roh dari film dokumenter.
Walau demikian, riset yang dilakukan kadang akan menimbulkan ide dan gagasan lain yang berbeda dengan gagasan awal.
Di sinilah kemampuan para pembuat film untuk mempertimbangkan secara kritis diuji.
Untuk sementara ini saja jawaban yang saya temukan, jawaban yang mendalam akan kita temukan pada saat membuat film dokumenter yang sebenarnya.
09 November 2010
Do you see the dark or the light?
Which is exist, the dark or the light?
I wish I can find the reason for the first option.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Baca Tulisan Lain
-
Barangkali memang setiap negara tidak bisa tidak melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain. Setiap hubungan yang dijalin bisa saja memi...
-
Cerita ini diawali ketika beberapa kawan melakukan penelitian di Desa Wisata Sidoakur yang terletak di Jalan Godean. Akhirnya saya ngikut...
-
Sembah bekti kawula Dewi Mariyah kekasihing Allah, pangeran nunggil ing Panjenengan Dalem. Sami-sami wanita Sang Dhewi pinuji piyambak, saha...
-
Yellow journalism Yellow journalism bukanlah merupakan sebuah aliran jurnalisme, melainkan sebuah julukan yang diberikan oleh The New York...
-
Terima kasih, adinda :)