“Njay, ndang ngampus.” Itu bunyi pesan singkat
seorang sahabat pada hari yang –mau tak mau—penting.
Hari itu adalah salah satu hari yang menentukan
perjalanan perkuliahan kami selama satu semester ke depan.
(KRSan)
Sampai di sana antrean sudah cukup panjang. Bagian belakang masih berdiri, sedangkan di bagian depan sudah duduk manis. Agaknya mereka sudah agak lama menunggu. Belakangan saya tahu bahwa saya ada di urutan 112. Di belakang saya masih ada puluhan orang lagi, mungkin empat puluhan, mungkin lebih.