Selama saya
kuliah, sering ada pertanyaan yang tak pernah terungkap, “Mengapa para dosen
bisa begitu pintar? Berapa banyak buku yang mereka baca? Berapa jam dalam
sehari mereka membaca?”
Lalu saya membuat
niat bodong, alias tak pernah terjadi. Niat itu adalah rajin membaca hingga
sebelum lulus kuliah bisa sepandai mereka.
Sebuah kenyataan
menghampiri saya. Paling tidak menyadarkan bahwa saya tidak usah terobsesi
sampai segitunya.
Mereka para dosen
itu memang sudah lama belajar ilmu ini. Mereka sudah mulai mendengar nama
Lasswell sejak tali pusar saya belum puput, atau sejak dalam kandungan, atau
sejak bapak ibu masih mengusahakan saya untuk ada.
Tidak, itu tidak
menghentikan aktivitas membaca saya. Kenyataan itu membuat saya lebih realistis
dan menyadari: barangkali memang jam terbanglah yang berbicara.