18 February 2013

Lucu



Sebenarnya apa sih  yang membuat kita tertawa ketika mendengar orang bicara? Ketika menonton stand up comedy saya tidak selalu tertawa, bahkan kebanyakan tertawa karena mendengar tawa penonton. Tertular.


Pernah suatu kali saya ikut misa di gereja. Ketika khotbah sang romo hendak menyisipkan humor dalam khotbahnya. Begini ceritanya:

“Ada seorang laki-laki muda yang kaya dan berkuasa. Suatu pagi dia ingin nasi goreng untuk sarapan. Dia lalu menyuruh ajudannya untuk membeli nasi goreng.

Hei jud.. belikan nasi goreng ya. Yang spesial, telurnya dua.

Ketika siang hari laki-laki itu ternyata masih ingin nasi goreng. Dia lalu menyuruh ajudannya lagi untuk membeli nasi goreng, persis seperti tadi pagi. Nasi goreng spesial, dengan dua telur.
Menjelang malam, dia ingin mencari “teman tidur”. Dia lalu berkata kepada ajudannya:

Hei jud.. cariin teman tidur ya. Ingat, yang spesial.

Setelah teman tidur itu dibawa ke rumah, laki-laki itu marah dan kecewa kepada ajudan, karena yang dibawa adalah banci.”

Itu ceritanya. Saya berusaha menuliskan semirip mungkin dengan ketika romo bicara. Ketika romo selesai bercerita saya mengamati bahwa yang tertawa itu hanya segelintir orang saja. Yang lain diam, termasuk saya. Saya lalu berpikir, hal apa dari cerita tersebut yang tidak membuat orang tertawa?
Apakah ceritanya tidak lucu?
Apakah cerita itu tidak pas diceritakan dalam misa?
Apakah cara bicara orang melucu yang tidak lucu?
Ataukah seharusnya cerita berhenti sampai dialog terakhir saja, tanpa ada penjelasan tentang banci?
Saya masih berpikir. Yang jelas lucu itu relatif, tidak semua yang dianggap lucu bagi suatu orang (atau budaya) adalah hal yang lucu juga bagi orang lain.


NB: sebenarnya saya lebih suka istilah waria, tapi di tulisan ini saya pinjam istilah dari romo itu.

1 comment:

Baca Tulisan Lain