via kolatinformant.com “Sepuluh tahun setelah lulus SMA, ceritakan pada saya apa yang telah kalian lakukan pada hidup kalian,” kata seorang bruder sekitar 8 tahun yang lalu. Barangkali tidak banyak yang ingat dengan kata-kata itu. Yang jelas saya tidak sedang mengada-ada biar tulisan ini berbumbu. Seingat saya, kalimat itu terucap ketika beliau sedang bicara di bangsal Asrama Putera. Saat itu muncul pertanyaan yang biasa saja: kenapa harus sepuluh tahun? Saya lalu membayangkan, mungkin karena sepuluh tahun setelah lulus SMA, usia kami sekitar 28. Usia itu adalah pertengahan usia 25 dan 30. Dengar-dengar usia 25 adalah usia rawan, ketika keputusan-keputusan besar serentak mendatangi: mulai dari karir hingga pasangan hidup. Dengar-dengar juga usia 30 adalah penentu, atau menjadi semacam target, bahwa pada usia itu kita sudah menemukan kemapanan atas keputusan yang kita ambil saat usia 25. Namun, setelah saya pikir lagi, saya memaknainya secara berbeda. Kini s...