17 December 2012

Jawa Ireng


(salaman)
Mas e negro? Papua?
Dudu.
Timur?
Dudu.
Ambon?
Dudu. Aku Jawa asli.
Ah, mbel. (tidak percaya)
Wah, ibue ki ra ngandel (tidak percaya). Aku ki Jawa mung luwih ireng tinimbang liyane. 
(dan bibir saya lebih tebal dari Jawa yang lain -- keturunan dari orang tua)



(pembicaraan dengan seorang pemilik warung di Desa Girimulyo, Kec. Panggang, Kab. Gunungkidul)

Saya jadi bertanya-tanya dalam hati.
Apakah dia perlu mencecar saya dengan pertanyaan itu (tebakan salah pula) ?
Apakah dia perlu menyatakan ekspresi ketidakpercayaan bahwa saya orang Jawa?
Apakah orang Jawa tidak boleh hitam dan berbibir tebal?
Lalu...kalau saya memang negro atau papua atau flores atau ambon, njur ngapa alias terus kenapa?

Tentu saya tidak menyampaikan pertanyaan-pertanyaan itu,
atau seharusnya saya sampaikan ya?

Ini bukan hal yang sepele lho, buat saya ini menarik untuk dipikirkan.
Saya jadi penasaran ingin menggali apa yang ada di pikiran ibu itu (dan budaya yang membentuk pikiran dia) tentang orang berkulit hitam.

Setahu saya dalam dunia wayang warna hitam punya makna yang tidak buruk. Lihat tokoh Bima, dia punya wajah hitam. Maknanya adalah kematangan dalam kebijaksanaan, berwatak luhur, bertanggungjawab, dan sebagainya.

Tentu saya bukan Bima yang jiwanya matang,
tadi hanya sebagai contoh saja bahwa hitam bisa dimaknai seperti itu.

Hai, orang hitam. Tidak perlu terlalu bangga jadi orang hitam, tidak perlu terlalu malu juga jadi orang hitam.

1 comment:

  1. Hai orang lambe tebal. Tidak perlu bangga jadi lambe tebal, tidak perlu terlalu malu juga punya lambe tebal *hanya menambahkan* >:D

    ReplyDelete

Baca Tulisan Lain