Skip to main content

Merapi 4-5-2013

Tanggal 4 Mei 2013 adalah pendakian di Merapi untuk ketiga kalinya. Saya bergabung dalam tim yang berjumlah enam orang, dua di antaranya baru pertama kali naik gunung. Enam orang itu adalah: Dennis, Dicky, Cabul, Prety, Dimas, dan saya sendiri.

Prestasi saya masih sama seperti pendakian sebelumnya, menjadi anggota tim yang paling sering minta berhenti. hehe.. Padahal saya sudah cukup lama mempersiapkan fisik. Meski begitu nampaknya fisik saya belum cukup kuat untuk naik. Selain itu ada faktor-faktor yang saya rasa cukup berpengaruh.

Pertama, kami tidak tidur semalaman. Jadi hari Jumat (3/5) malam kami berada di rumah Pak Leo (seorang pemilik warung makan) di Muntilan. Pukul 00:30 kami berangkat ke basecamp pendakian Selo. Pukul 02:15 kami beranjak dari New Selo, lalu istirahat sangat panjang di gapura selamat datang. Di sana menahan hawa dan angin dingin, sambil karaokean dengan lagu rohani. Suci sekali -.-

Di tempat itu kami berhenti lebih dari satu jam. Lama sekali. Lalu berjalan dengan sangat perlahan dan suantai hingga sampai di Pasar Bubrah pukul 09:15. Di sana kami tidur-tiduran berjejer di bawah batu pada pukul 10:00 hingga 11:00. Pukul 11:20 kami beranjak turun dan baru sampai New Selo lagi pada pukul 15:00.

Kedua, saya kurang makan. Awalnya saya berencana bawa nasi bungkus. Tetapi setelah ngobrol-ngobrol, akhirnya cuma bawa roti dan selai. Teman-teman lain juga demikian, mereka bawa roti, gula jawa, dan sebagainya. Menurut saya, makanan-makanan itu tidak bikin tubuh berlemak saya menjadi bertenaga -.- mungkin seharusnya saya bawa apel, atau pisang, yang katanya memulihkan tenaga dengan lebih cepat.

Pendakian kali ini mengingatkan saya untuk mempersiapkan fisik dengan lebih keras dan lebih teratur. Meski saya ingin mencoba naik lagi, namun sepertinya saya harus membatasi diri dan membuat janji. Misalnya, tidak naik gunung lagi sebelum pendadaran skripsi. Besok setelah pendadaran, jelas saya berencana menghadiahi diri lagi dengan mendaki lagi :)

Sekian dulu tulisan pendakian, saya mau melanjutkan bab ke sekian.

NB: Proficiat untuk Prety dan Dimas yang akhirnya sudah mendaki gunung. Selamat mendaki gunung-gunung yang lain :)

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.