Sebenarnya mana yang sebaiknya dilakukan:
Menyebut diri sebagai penyanyi, baru setelah itu (sambil jalan) belajar bernyanyi;
atau belajar bernyanyi sesuai karakter suara hingga merdu, lalu menyebut diri sebagai penyanyi?
Berat untuk bicara ini, tapi tampaknya teknologi mendorong orang muda untuk nyampah. Ada yang mengaku penulis fiksi mini, namun setelah dibaca ceritanya seragam dan tidak mengigit. Ada yang mengaku street photographer, padahal hanya foto keramaian orang di jalan yang di-hitamputih-kan.
Parahnya lagi, yang terakhir tadi sudah memberikan tips-tips dalam akun media sosial, layaknya ahli fotografi betulan. Masalah yang lebih penting adalah...tips-tips itu adalah hasil copy paste. Ah, sampah.
Banyak sekali sampah, tulisan ini mungkin di antaranya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Baca Tulisan Lain
-
Barangkali memang setiap negara tidak bisa tidak melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain. Setiap hubungan yang dijalin bisa saja memi...
-
Cerita ini diawali ketika beberapa kawan melakukan penelitian di Desa Wisata Sidoakur yang terletak di Jalan Godean. Akhirnya saya ngikut...
-
Sembah bekti kawula Dewi Mariyah kekasihing Allah, pangeran nunggil ing Panjenengan Dalem. Sami-sami wanita Sang Dhewi pinuji piyambak, saha...
-
Yellow journalism Yellow journalism bukanlah merupakan sebuah aliran jurnalisme, melainkan sebuah julukan yang diberikan oleh The New York...
-
Terima kasih, adinda :)
No comments:
Post a Comment