22 September 2013

TA #1


Saya mau berbagi cerita tentang tugas akhir. Kebetulan saya mengangkat isu demokrasi deliberatif. Ceritanya saya meneliti komentar-komentar pembaca di Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews tentang berita-berita polemik Qanun Lambang dan Bendera Aceh sekitar bulan Maret-April 2013 lalu.


Tulisan tentang tugas akhir ini mungkin terdiri dari beberapa tulisan yang tidak bersambung. Kalau ingat dan sedang ingin nulis, baru saya menuliskan di blog.

Malam ini (22/9) saya baca komentar-komentar yang di Kompas.com, setelah beberapa waktu lalu saya membaca yang di Detik.com. Di dalam komentar-komentar itu banyak orang yang mendukung Aceh melepaskan diri dari NKRI dengan alasan sejarah Aceh yang sangat berjasa bagi Indonesia pada jaman kemerdekaan, kolonialisasi orang Jawa, dsb. Sedangkan banyak juga yang menghujat orang-orang Aceh (mungkin lebih tepatnya orang Aceh yang menginginkan kemerdekaan) karena tidak nasionalis, NKRI Harga Mati, dan sebagainya.

Di antara orang-orang yang menghujat Aceh itu sangat banyak ditemui komentar yang menghubung-hubungkan masalah ini dengan bencana tsunami akhir tahun 2004 lalu. Contohnya seperti yang saya kutip dari salah satu komentar dari berita di Kompas.com ini:

Ary Daryono
Selasa, 16 April 2013 | 10:21 WIB
Masyarakat Aceh seharusnya ingat kejadian sunami itu adalah azab dari Alloh SWT karena manusia di sana sudah melampaui batas konflik 30 tahun. dan sekarang bendera masih di miripkan dgn Gam...apakah ingin ada sunami ke dua wahai rakyat Aceh? istigfar...

Namun yang berbeda adalah di Detik.com, kata tsunami diganti (mungkin oleh redaksi) dengan tanda bintang (*), sedangkan di Kompas.com tetap ditulis tsunami -atau dieja sunami seperti komentar di atas.

Masing-masing dari Detik.com dan Kompas.com menuliskan dalam website bahwa mereka (redaksi) berhak untuk mengedit atau menghapus pesan yang tidak sesuai dengan aturan atau berpotensi menimbulkan konflik. Saya menduga kata "tsunami" dipandang oleh Detik.com sebagai kata yang menghadirkan memori, emosi, dan kesedihan yang melanda rakyat Aceh kala itu. Agar tidak menghadirkan memori itu dan memicu konflik, maka kata itu diberi tanda bintang, meski ada juga pembaca yang lalu menggantinya dengan kata "stunami" (mungkin agar tidak diganti dengan tanda bintang). Menurut saya masuk akal. Sedangkan saya melihat banyak tulisan "Komentar dihapus karena tidak sesuai ketentuan" di Kompas.com.

Ya, itu salah satu cara masing-masing media membatasi konten di dalamnya. Besok lagi atau kapan-kapan saya akan menulis hal lain.

No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain