09 June 2015

Hanya Latihan Saja




Sumber: sciblogs.co.nz

Dulu saya benci lihat orang yang selalu sibuk dengan gawainya. “Cah ndungkluk!” kata teman-teman saya. Mereka selalu sibuk memelototi layar. Selalu saja ada yang dikerjakan: nge-update status, unggah foto, share meme, chatting, stalking, dan masih banyak lagi.
 
Sampai suatu saat saya harus jadi “cah ndungkluk” karena mengetik berita lewat gawai. Wartawan lain juga begitu, mereka sangat fokus pada gawai mereka. Biasanya sambil ditopang oleh kekuatan powerbank kecil. Semenjak itu kebencian meluntur. Barangkali mereka memang sedang fokus untuk menulis berita: bukan sekadar mencari uang, tapi menginformasikan sesuatu kepada publik.

Lalu saya lihat gambaran mereka yang seharian duduk di depan layar komputer, mengerjakan sesuatu yang rasanya “enggak jelas” buat saya. “Mereka magabut. Delapan jam kerja itu buka Facebook dan lain-lainnya enam jam, dua jamnya baru buat kerjaan,” pikir saya.

Sampai suatu saat saya juga mengalami hal ini. Barangkali mereka yang melihat saya juga berpikiran begitu. Setiap saat kok selalu ada suara jari beradu keyboard di rumah. Tengah malam atau bahkan subuh pun suara itu selalu ada. Garap tugas? Tugas kok tidak selesai-selesai.

Saya sebut ini latihan, atau semacam exercise.

Brain exercise.

Endurance exercise.


Baca Tulisan Lain