via |
Pertama, saya banyak menemukan
anak-anak SMP—SMA yang tidak hapal nomor handphonenya sendiri. Ketika saya
bagikan daftar presensi yang—salah satunya—memuat kolom untuk nomor handphone,
banyak yang lalu membuka menu kontak dari gadget mereka, lalu mencari nomor
mereka sendiri.
Bagi saya—entah bagi orang lain yang segenerasi dengan saya—hal itu
cukup mengejutkan. Saya lalu berkaca pada diri sendiri. Sampai sekarang saya hapal
nomor handphone orang rumah—bahkan ketika sudah pada punya dua nomor. Bisa
begitu karena dulu ketika mereka sudah punya ponsel, saya sendiri yang belum
punya. Kalau ada apa-apa dan harus menelepon dari wartel, saya harus hapal.
Barangkali itu kebutuhan saja ya. Mereka tak perlu menghapal karena
tiap kali butuh tahu, mereka tinggal buka gadget. Selesai urusan. Untuk apa
repot-repot menghapal kalau bisa lihat gadget?
Menurut saya sih tidak masalah kalau memori handphone itu membantu kita
untuk mengingat. Asal, kita tidak memindahkan memori kita ke handphone karena
takut membebani kerja otak untuk mengingat. Dengar-dengar kapasitas memori otak kita 10 juta GB. Prinsip dari jaringan saraf dan proses belajar juga menjadi
inspirasi untuk membuat komputer.
via |
Ketika saya tanya, dia jawab “Saya 'gak punya nomor telepon mas. Itu kosongan.
Saya pakai kalau pas ada wifi aja.”
Apakah anak ini datang dari masa depan? Bisa jadi.
---------
- Sebuah catatan membantu penelitian
- Saya berurusan dengan teman-teman yang usianya 10 tahun lebih muda
dari saya; betul, dunia telah banyak berubah