Saya
sering dengar kata-kata macam “Sebaiknya kenali dulu luar dan dalam, baru bisa
menilai. Jangan baru kenal atau baru lihat sudah buru-buru menilai.”
Apakah
anda sering, atau setidaknya pernah, mendengar kata-kata serupa?
Awalnya
saya berpikir kata-kata itu sangat bijak. Untuk menilai sesuatu kita perlu tahu
banyak hal yang terjadi di sekelilingnya. Kalau perlu, kita juga bisa melihat
sejarahnya. Baru kita bisa menilai.
Pokoknya
kata-kata itu terdengar sangat bijak di telinga saya, pada waktu itu.
Semakin
ke sini, saya semakin sangsi. Apakah kita memang harus menilai? Kok seakan-akan
menilai sesuatu adalah keniscayaan. Seakan-akan semua orang harus melakukannya,
sampai-sampai perlu diajari cara menilai yang benar.
Bagi
saya menilai itu pekerjaan yang tidak mudah. Mungkin terdengar mudah, cukup
dengan memberi angka atau huruf. Namun sungguh, pertimbangan memberi nilai
tidak semudah itu.
Misalnya,
apakah tugas (makalah, video, dsb.) yang biasa-biasa saja perlu diberi nilai
bagus? Untuk mengapresiasi, mungkin perlu. Namun bagaimana kalau peserta didik
jadi cepat puas? Bahaya yang lebih besar adalah mereka merasa bisa, padahal di
luar sana karya itu sungguh tak seberapa.
Masih
banyak pertimbangan-pertimbangan lain yang tidak pernah terpikirkan oleh saya
ketika dulu ambil kuliah lagi.
Maka,
pertanyaan saya masih sama: apakah kita memang harus menilai? Apa tujuan kita
memberi nilai? Atas dasar apa penilaian kita? Bukankah tidak berdosa untuk
mengenal luar dalam dan sejarah tentang seseorang/sesuatu tanpa dalam rangka
untuk menilai?
Menurut
saya kita tidak harus menilai apapun. Kita bukan siapa-siapa.
[dari
kalangan pekerja yang sedang kelelahan memberi nilai; dan menanggapi
mereka-mereka yang meminta revisi nilai. kalian kira kalian sehebat apa sih,
bgst.]
No comments:
Post a Comment