Skip to main content

Kobar


Gereja Kotabaru menjadi tempat berteduh. Akhir-akhir ini Yogyakarta sering hujan deras, sedangkan jas hujan sobek-sobek punya saya tak terlalu berarti. Saya ke sana sekitar pukul 1 siang. Di luar gereja nampak sekitar sepuluh motor terparkir, namun di dalamnya hanya ada sekitar lima orang duduk berdoa, menyalakan lilin, dan merapikan bunga hiasan altar.

Saya langsung mengambil tempat di belakang supaya tidak mengganggu orang-orang yang sedang berdoa. Kursi-kursi yang saya lewati adalah kursi umat yang panjang dan kosong.

Di depan ada patung Maria menggendong Yesus, serta ada seorang anak laki-laki berdoa di depannya. Patung Maria dan Yesus adalah patung yang ada di hampir setiap gereja Katolik. Tradisi Katolik mengajarkan untuk menghormati Maria secara khusus.

 Kursi depan sudah mulai kosong, segera saya beranjak. Di bagian kiri depan, sebelah pintu menuju sakristi ada kotak dana. Entah berapa dana di dalamnya, tapi saya rasa institusi gereja dan rumah peribadatan pada umumnya membutuhkan dana untuk aktivitas beragama.

Saya sendiri tidak tahu apa arti dari tulisan ini sebelum membaca IHS .




Comments

  1. IHS kepanjangan nya "IESU HOMINUM SALVATOR" artinya "YESUS JUSELAMAT UMAT MANUSIA"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.