Skip to main content

Sobat


Hai sobat! 


Masih ingat dengan komitmen untuk tidak saling menjelek-jelekkan diri di depan orang-orang? 


Atau  kamu tidak cukup percaya diri untuk membiarkan orang lain menilai diri tanpa informasi-informasi sepihakmu? 


Atau mencari teman untuk menghilangkan rasa hormat ke aku dan menyukaimu? 


Atau jangan-jangan.. kamu minta dikasihani? 


Dengan menceritakan diri kamu sebagai korban, aku sebagai pelaku kejahatan, dengan merendahkan perbuatanku lalu kamu akan dianggap tinggi dibanding aku? 


Ah, bukan apa-apa, sobat. Aku hanya mengingatkan. 


Karena.. bukan hanya kata-kata lucumu saja yang masuk telinga dan membuat aku tertawa, tapi juga kata-kata yang membuat tawa itu hilang seketika, berganti dengan rasa yang sulit untuk didefinisikan. 


Oh ya, perlu kamu tahu, namamu sering kusebut dalam doa pada Tuhanku, bukan kutukan.


Sama sekali aku tak merasa perlu menceritakan keburukan-keburukanmu. Toh tiap orang punya keburukan, dan orang lain bisa melihat sendiri keburukan itu. 


Sobat yang baik, 
semoga kamu semakin percaya diri dengan membusungkan dada dan bilang “Ini aku! Aku begitu begini karena aku punya kendali atas hidupku!” 


bukannya...


“Itu dia! Dia sukanya begitu begini, sehingga aku...”


Selamat berdamai dengan dirimu dan masa lalumu. 


Tenang, kamu bisa hilangkan aku di sana.






Dari aku untuk kamu.


(Alunan lagu dari Padi sayup-sayup terdengar.
Tidak semakin keras, hanya saja semakin jelas)

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.