16 November 2015

Jangan Baca, Anda Berisiko Sakit Hati

cerita kali ini nylekit, dungu, nyinyir, dan beraura negatif. anda-anda yang tidak siap sakit hati lebih baik berhenti baca sampai di sini.

saya punya banyak cerita soal kepalsuan di sekitar saya. soal ucapan-ucapan bela sungkawa yang menurut saya hanya mbanyaki; ikut tenar sajamisal, ketika tragedi paris terjadi lalu banyak yang mengecam di media sosial sambil menyertakan foto diri mereka dengan latar belakang menara terkenal itu. mau berbela sungkawa, mbanyaki, atau pamer?

begitu juga dengan mereka yang mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya rama puja. mereka share foto, share nasihat, seakan ingin mengatakan, “saya dekat, dan saya kehilangan.” rama puja memang uskup di keuskupan agung semarang, beliau orang tertinggi di struktur lembaga agama katolik di keuskupan tersebut. meski begitu dia sangatlah rendah hati, lembut tutur katanya, dan baik budinya.

atau ucapan bela sungkawa karena seorang mahasiswa indonesia meninggal karena kecelakaan bus di as beberapa waktu lalu. almarhum 4 tahun di bawah saya, kami satu alma mater. berita soal ini tersebar di berbagai media mainstream. di media sosial banyak teman yang mengucapkan, seakan-akan mereka kenal secara pribadi. seakan-akan ingin semua orang tahu bahwa almarhum dan dirinya berasal dari satu sekolah yang sama. untuk apa?

namun saya menahan ketiga tulisan itu dan merangkumnya jadi satu. itupun tanpa penjelasan panjang lebar. mengapa? karena saya akhirnya sadar telah menghabiskan energi untuk hal yang sia-sia saja. ada banyak hal yang lebih layak dituliskan hingga leher mengeras kaku. ada banyak hal yang lebih bisa diperjuangkan daripada ngurusi orang-orang yang kaget dengan teknologi ini.

maka mari lupakan tulisan ini, ampuni pikiran buruk saya, lantas melanjutkan tugas masing-masing yang telah menanti.

No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain