Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2017

Surat tentang Tante

:  dibaca pelan-pelan saja Rasanya seperti dicemplungkan dalam beberapa adegan film “50 First Date” versi Jawa. Masa-masa awal jalan bersama gadis ini diisi dengan menunaikan tiga ibadah wajib. Satu , saling cerita soal apa-apa yang turut mengantar diri hingga sampai di masa ini. Dua , bicara soal impian dan rencana di masa depan. Tiga , mengingat-ingat apa yang telah kami lakukan selama sepuluh tahun terakhir. Belakangan, yang terakhir ini rupanya butuh banyak energi. Adegan yang ingin kami munculkan tersendat-sendat bak nonton Youtube di persawahan Godean. Celakanya, sebagian detil adegan hanya tersimpan di benak diri ini saja, tidak di benaknya. Alhasil, seringkali ada cerita yang perlu direka ulang dalam kata guna memancing ingatan. Kadang berhasil, tetapi lebih sering tidak. Itu bedanya dengan film yang tadi. Melalui deretan kata ini, ijinkan saya berbagi sedikit. Semoga tuan puan sudi membaca. Adalah gadis itu, yang pertama kali saya ajak keluar malam-malam. ...

Kesaksian: Majikan Saya Orang Jepang, Tewas Dibakar Ketika Naik Mobil di Tengah Kerusuhan ‘98

via Okezone News Catatan penulis: cerita ini saya dengar dari seorang penjual angkringan di Yogyakarta. Saya tidak bisa memastikan keakuratan cerita tersebut. Penjual angkringan dari Wonosari itu baru satu setengah tahun kerja di Jakarta. Berbekal ijazah SMP, dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah seorang pebisnis di daerah Pondok Indah. “Saya tidak tahu bisnisnya apa, tetapi dia kaya. Orang Jepang,” tuturnya soal sang majikan. Jakarta, dan Indonesia secara umum, saat itu memang keterlaluan. Krisis ekonomi membuat harga barang melambung terlampau tinggi. Dia awalnya bekerja di sebuah bengkel, tapi bengkel itu bangkrut. Hubungan pertemananlah yang membuatnya bisa bekerja di rumah orang Jepang itu. Untungnya dia betah karena tak merasakan langsung dampak krisis. Makanan tersedia di rumah, juga tidak ada margin keuntungan yang dikejar karena gajinya dibayarkan bulanan. Namun, seperti tak bisa ditolak, tibalah masa-masa kelam itu. Entah berawal dari mana (ata...

Resep Awet Muda a la Penjual Angkringan

“Saya sudah bilang ke gadis itu, dia nggak percaya. Datanglah dia ke rumah, istri saya yang menemui. Nama kebun binatang ramai dilemparkan istri, saya cuma ketawa aja di luar rumah,” tuturnya sambil menahan geli. [catatan obrolan dengan penjual angkringan] Tak biasanya, Jalan Magelang sore itu terasa menanjak. Barangkali karena bukan setang sepeda motor yang kugenggam, tapi sepeda kayuh. Otot paha mulai berteriak meski baru meluncur lima kilometer. Jelang maghrib, langit menggelap. Merdunya azan dari mushola kampung Kutu terasa lirih. Deru mesin dan knalpot selalu memenangkan pertarungan tak seimbang ini. Celakanya, awan mendung juga kalah oleh air yang dibawanya. Menyerah. Gerimis jadi pembuka hujan deras yang menerjang tak lama kemudian. Berbelok ke timur menyusur selokan Mataram, sepedaku mencari tempat berhenti. Angkringan di ujung jembatan kemudian jadi tempat berteduh. “Lumayanlah, habis sepedaan dan kehujanan, bisa mampir cari teh hangat,” pikirku. Terpal ji...