Skip to main content

Posts

Sepertinya, Kita Tidak Berdiri di Bawah Langit yang Sama

"Baru pertama kali saya lihat langsung langit yang bersih, lalu bintang-bintangnya kelihatan. Indah banget," katanya. Saat bercerita, matanya berkaca-kaca menerawang momen itu. Seakan itu salah satu pengalaman paling berharga pada masa-masa awal kedatangannya ke Australia. Lelaki pekerja keras ini mulai dimakan usia. Tubuhnya sudah agak bungkuk. Rambut putih juga mulai mengusir kegelapan di kepala. Namun geraknya masih lincah dan tampak kedua kakinya masih kokoh dipakai berjalan jauh. Sejauh perjalanannya dari Jakarta hingga kini menjadi warga negara Australia.
Recent posts

Melewatkan Informasi

Beberapa kali hal menarik melintas di depan mata. Pikiran saya langsung ke jalur: wah menarik ini kalau dibawa ke prodi. Maklum, tujuh tahun terbiasa berpikir dengan jalur otak yang begitu. Namun tiba-tiba tersadar kalau saya bukan lagi dosen--dan itu langkah yang saya pilih sendiri.  Lalu sempat berpikir untuk menghubungi kawan-kawan yang masih ada di sana. Namun saya tersadar lagi, mereka pasti punya kesibukan dan prioritas sendiri. Saya juga kemungkinan keliru kalau mereka tak dapat informasi menarik itu. Hla wong sama-sama generasi digital (meski imigran). Jadi mau diapakan yang menarik itu? Bagikan ke kawan-kawan dosen atau biarkan saja? Kalau ada yang terlalu menarik untuk dilewatkan, saya pasti bagikan. Kalau perlu ajak kolaborasi. Contohnya beberapa waktu lalu menulis bareng salah satu kawan dosen dalam salah satu kompetisi, kami dapat peringkat dua.  Kalau informasi lainnya? Ya mungkin biarkan lewat saja.

Sowan Dewi Mariyah di Meanjin

Saat sedang asik berselancar di dunia maya, tiba-tiba foto patung Bunda Maria di sebuah tempat ziarah melintas begitu saja. Dari layar kecil di genggaman, Dia seakan memanggil-manggil. Lalu lahirlah semacam kegelisahan dan kerinduan yang sulit dijelaskan. Tak butuh waktu lama, kami sekeluarga merencanakan pergi sowan Dewi Mariyah di suatu tempat bernama Marian Valley. Perkenalkan, saya Ryan. Saya suami dari seorang istri yang luar biasa. Kami dianugerahi dua anak perempuan yang masih kecil-kecil. Saat ini hingga beberapa tahun ke depan saya menjalani peziarahan keilmuan di pesisir timur Australia, tepatnya di Brisbane.

Mengenang Penolakan

Entah mengapa algoritma Instagram mengantar saya ke video-video orang yang berhasil masuk ke PTN. Templatnya standar: buka laptop, disaksikan oleh orang-orang di belakangnya. Ketika hasil baiknya keluar mereka akan berteriak kegirangan, tepuk tangan, diiringi ucapan syukur pada Tuhan. Konten macam begini bikin saya ingat 15 tahun lalu saat kali pertama ditolak oleh UGM.

Apakah ada Gelandangan di Australia?

ADA. Ada gelandangan atau homeless di Australia. Setidaknya itu yang saya lihat di Brisbane. Saya yang baru saja tiba di sana bisa lihat ada dua tempat yang dipakai mereka untuk tidur. Pertama ada di suatu tempat dalam perjalanan saya ke kampus naik bus. Saya tidak tahu nama tempatnya. Kedua, di sebuah taman dekat kampus. Mereka tidur beralaskan kain atau apapun, dengan koper di sampingnya. 

D'Bodats

Saya tergabung di sebuah grup WhatsApp favorit saya yang bernama persis seperti di judul. Sudah dapat diduga, nama grup ini terinspirasi dari kata “bodat” yang dalam bahasa Batak berarti monyet. “Bodat” ini konon sering dipakai untuk mengumpat atau memaki orang lain. 

Surat untuk Mahasiswa dan Alumnus

Halo, kawan-kawan mahasiswa dan alumnus. Surat ini saya tulis di penghujung bulan Desember 2023. Bulan depan, Januari 2024, adalah bulan terakhir saya menyandang profesi dosen di kampus tercinta. Saya akan menempuh peziarahan doktoral di Australia mulai Februari 2024. Sebetulnya saya tak perlu undur diri dari kampus, tapi ada panggilan berkelana yang sulit untuk saya abaikan.