Skip to main content

Apakah ada Gelandangan di Australia?

ADA. Ada gelandangan atau homeless di Australia. Setidaknya itu yang saya lihat di Brisbane. Saya yang baru saja tiba di sana bisa lihat ada dua tempat yang dipakai mereka untuk tidur. Pertama ada di suatu tempat dalam perjalanan saya ke kampus naik bus. Saya tidak tahu nama tempatnya. Kedua, di sebuah taman dekat kampus. Mereka tidur beralaskan kain atau apapun, dengan koper di sampingnya. 


Hal yang saya sendiri tak tahu pasti adalah mereka selalu sedang tidur ketika aku mulai beraktivitas sekitar pukul 10. Apakah mereka beraktivitas malam hari sehingga siangnya harus tidur? Atau mereka tidur sampai siang karena sedang lemas lantaran kurang makan? Atau bagaimana?

Ketika saya tanya ke teman yang lebih dulu tinggal di sana, ada kemungkinan mereka 'terusir' dari tempat tinggalnya karena kondisi ekonomi yang memburuk. Inflasi menyebabkan kenaikan harga yang gila-gilaan, terutama pada sektor properti. Konon harga sewa kamar/rumah jadi semakin berat. Orang jadi terusir dari tempat tinggalnya karena tidak mampu bayar sewa kamar.

Barangkali alasan tersebut masuk akal. Tahun 2023 lalu dengar-dengar banyak orang kesulitan untuk cari tempat tinggal karena salah satunya banyak orang tertarik untuk pindah ke Brisbane pasca-Covid. Permintaan untuk kamar jadi meningkat.

Jadi, ya. Ada gelandangan di Australia.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.