Halo, kawan-kawan mahasiswa dan alumnus. Surat ini saya tulis di penghujung bulan Desember 2023. Bulan depan, Januari 2024, adalah bulan terakhir saya menyandang profesi dosen di kampus tercinta. Saya akan menempuh peziarahan doktoral di Australia mulai Februari 2024. Sebetulnya saya tak perlu undur diri dari kampus, tapi ada panggilan berkelana yang sulit untuk saya abaikan.
Perjalanan cukup singkat menjadi dosen di Unika dan mendampingi mahasiswa dalam proses belajar adalah pengalaman yang tak terlupakan. Kelas pertama saya adalah Analisis Isi & Framing bersama mahasiswa angkatan 2015. Waktu itu saya grogi setengah mati. Keringat mengucur tanpa henti sejak menit pertama saya membuka kelas.
Saya juga ingat pernah grogi banget ketika kelas Jurnalisme Online tiba-tiba kedatangan beberapa mahasiswa internasional. Saya yang saat itu menyiapkan materi kuliah dalam bahasa Indonesia harus segera menjelaskan dalam bahasa Inggris--yang tentu saja terbata-bata. Ah, brengsek betul!
Tulisan ini adalah kesan umum saya secara singkat pada mahasiswa per-angkatan yang pernah berdinamika bersama saya di kelas. Dinamika setiap angkatan itu sangat berbeda. Kalian punya keunikan masing-masing yang menarik untuk diselami.
Mengajar mahasiswa angkatan 2015 itu seperti mengajar senior. Apa sebab? Meski saya berusia 6 tahun lebih tua, kalian lebih dulu “lahir” di Unika. Kalian yang lebih dulu tahu seluk beluk kampus dan segala isinya. Meski begitu, kalian adalah angkatan yang pertama kali saya hubungkan dengan kawan-kawan di industri media di Jakarta. Saya tidak ragu merekomendasikan kalian ke beberapa kawan wartawan karena saya yakin dengan kemampuan kalian. Semoga masih tetap berhubungan baik, ya.
Ada banyak sekali mahasiswa unik di angkatan 2016, terutama mereka yang ambil peminatan Jurnalisme dan Industri Media. Talenta kalian beragam sekali. Ada yang pasrah sekali setiap ditunjuk jadi koordinator kelas. Ada yang jenius dan berpengetahuan luas, yang kadang asik dengan pikirannya sendiri. Menurut saya angkatan ini cukup berprestasi dan mau bergerak. Saya ingat suatu kali mendampingi beberapa dari kalian untuk ikut lomba di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Meski tidak juara, tapi kalian dapat posisi lima besar. Kalian menyisihkan puluhan tim peserta dari universitas lain se-Indonesia. Bagi saya itu prestasi yang sangat membanggakan.
Karakter kalian mahasiswa angkatan 2017 berbeda dari angkatan sebelumnya. Ada beberapa dari kalian yang rajin dan serius belajar, tapi ternyata cukup lama dalam mengerjakan skripsi. Ada juga seorang yang sangat berkesan bagi saya karena (secara mengejutkan) punya bakat menulis yang asik. Orang yang terakhir ini beberapa kali ngobrol panjang lebar dan mendalam dengan saya di tempat-tempat yang random. Ada juga yang sedang bimbingan skripsi dengan saya tapi tidak sampai selesai karena berpulang (beristirahat dalam damai ya, mas Herlambang). Ada yang lama tidak muncul dalam bimbingan skripsi dan mengalami cobaan berat dalam keluarga tapi akhirnya selesai juga. Syukurlah sebagian besar dari kalian sudah lulus.
Bagi saya, angkatan 2018 adalah korban Covid. Saya turut prihatin karena menurut saya kalian tidak mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal di kelas. Apalagi saat itu kalian sedang banyak ambil mata kuliah yang membutuhkan praktik. Bahkan, kalian juga sebagian besar magang di masa pandemi. Andai kita banyak diskusi di kelas secara langsung, pasti akan ada banyak sekali talenta yang terlihat. Meski begitu saya tetap melihat banyak permata yang siap dipoles oleh semesta. Ada yang ternyata juga senang menulis, bahkan tulisannya sempat dimuat di salah satu koran lokal. Ada juga yang berkesan bagi saya karena punya ketertarikan dengan topik-topik gender. Ada juga yang ternyata memperhatikan dengan sangat baik setiap kali kita kuliah daring.
Angkatan 2019 juga korban Covid karena mulai semester dua kalian sudah langsung kelas daring sampai perkuliahan berakhir. Beruntung pada akhir-akhir kuliah itu kalian sudah bisa mengalami kuliah secara hybrid, sebagian di kelas dan sebagian lainnya lewat daring. Seingat saya banyak dari kalian yang lebih cepat lulus karena prodi menawarkan model skripsi payung. Sebetulnya saya masih berharap kalian bisa ikut dinamika kelas lebih lama lewat tatap muka, karena saya yakin ada banyak talenta yang belum tergarap.
Meski angkatan 2020 sudah mengalami pembelajaran daring sejak SMA, bagi saya kalian tidak sepenuhnya korban Covid. Awal-awal kuliah memang kalian jalani dengan pembelajaran daring, tapi pada mata kuliah peminatan seingat saya anda sudah masuk perkuliahan di dalam kelas. Angkatan ini juga punya dinamika yang berbeda. Ada beberapa yang menonjol secara akademis. Ada yang bertangan dingin dan sering menjadi “Pak Yatiman” yang siap menangani kendala-kendala teknis di kelas. Ada juga yang punya bakat bersih-bersih. Entah bakat apa lagi yang kalian punya. Oh ya, sebagian dari kalian kini bimbingan skripsi dengan saya. Kalau belum selesai sampai Januari, anda pasti akan ganti dosen pembimbing satu.
Saya cukup terkejut mendengar informasi dari prodi mengenai komposisi angkatan 2021. Hanya ada belasan orang yang ambil peminatan Jurnalisme dan Industri Media. Kalian betul-betul menjadi minoritas di angkatan sendiri. Di satu sisi saya bersyukur karena kelas kecil berarti lebih intens, tapi di sisi lain rasanya kok suram. Sekitar 2/3 dari kalian masih bisa diselamatkan karena menurut saya kalian punya potensi yang luar biasa. Sepertiga lainnya harus berjuang lebih keras lagi untuk memenuhi tanggung jawab perkuliahan. Di kelas Riset Media pada angkatan ini saya mengajak kalian untuk riset langsung tentang pengguna game, satu hal yang dekat dengan dunia kalian tapi sangat jauh dari dunia saya. Satu hal yang saya tangkap adalah kalian punya potensi yang sangat besar, tapi bermasalah dengan kedisiplinan waktu. Saya hanya khawatir kalau suatu saat kalian akan menghadapi masalah besar karena kebiasaan buruk itu. Tenang, saya rasa itu bisa dilatih dan dipelajari asalkan kalian mau. Kelas di angkatan ini adalah benar-benar kelas terakhir saya mengajar di Unika.
Saya mengajar angkatan 2022 pada mata kuliah dasar, belum pada mata kuliah peminatan. Beberapa dari kalian terlihat sudah ada yang menonjol dan sangat berpotensi. Kelas 01 dan 02 punya karakter yang sangat berbeda. Ada kelas yang cenderung lebih serius tapi kurang responsif. Sebaliknya, ada kelas yang cenderung responsif tapi lebih banyak bercandanya. Di angkatan ini saya menemukan banyak permata yang rasanya akan sangat menarik kalau didampingi dengan serius. Sayangnya saya harus sudah segera berangkat dan tidak bisa lama berproses dengan kalian. Semoga suatu saat kita jumpa lagi dengan bawa cerita-cerita keberhasilan yang menyenangkan.
Masih ada banyak lagi cerita yang berkesan ketika menjadi dosen. Cerita itu tidak semua datang dari dinamika dalam kelas. Sebagian besar justru datang dari obrolan-obrolan random di luar kelas perkuliahan, seperti di meja bimbingan dan tempat-tempat random di dalam/luar kampus. Bagi saya, cerita-cerita itu sangat memperkaya dan meluaskan pandangan saya mengenai hidup.
Kawan-kawan mahasiswa dan alumnus, melalui surat ini saya meminta maaf dan mengucap terima kasih. Saya minta maaf karena pasti ada tutur kata dan tindakan saya yang menyakiti hati kalian. Juga pasti ada proses pengajaran yang tidak sesuai dengan harapan. Saya mengucap terima kasih karena kalian sudah menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Kalau belum, segera jadilah demikian.
Saya sadar betul sebagian besar ucapan saya di kelas itu tidak akan tertanam lama — atau bahkan tidak sempat tertanam — di benak kalian. Bagaimanapun, saya berharap kalian masih ingat dengan beberapa poin penting ketika diskusi di kelas. Terutama harapan saya agar kalian punya kemampuan menganalisis dan critical thinking yang cukup sebagai bekal kalian untuk bertahan hidup. Semoga, meski kecil, ada yang tumbuh di pikiran dan hati kalian selama berproses bersama saya di kelas.
Saya mengutip lirik lagu karya sebuah band dari Jogja “..datang akan pergi, lewat akan berlalu, ada akan tiada, bertemu akan berpisah..” yang rasanya cukup pantas menutup surat yang random ini. Sampai jumpa lagi di kesempatan yang baik pada masa depan, di manapun kita berada kelak. Hampir pasti saya tidak bisa mengingat wajah dan nama satu persatu, mohon kebesaran hati kalian untuk beri permakluman.
Semoga perjalanan kita semua menyenangkan. Saya mau siap-siap berangkat dulu. Sukses dan progres!
No comments:
Post a Comment