Skip to main content

Dog's talk




Terus terang: aku muak.
Riuh sekali kalian bicara mengenai negara, sejahtera, keadilan, dan ideologi.
Suara kalian adalah omong kosong, omong kosong.

Sekarang lihat,
buktikan bahwa sosialisme, komunisme, demokrasi, dan teman-teman asingnya itu mampu membuat tuanku yang bodoh dan miskin ini menjadi sejahtera dan tidak menderita.

Buktikan bahwa perdebatan panjang kalian ini mampu membuat tuanku tidak mengais sampah lagi untuk mencari makan. Sampah yang bahkan aku pun jijik melihatnya!

Buktikan bahwa tulisan dan omongan kalian ini tidak menjadi sampah serta air ludah yang keluar dan terbuang diinjak orang. Air ludah yang menempel lengket, dari karpet ruang senat mahasiswa sampai meja gedung rakyat yang agung itu!

Aku berjalan mondar-mandir di sekitar orang-orang yang mengaku calon intelektual (aku tak tahu apa arti intelektual) untuk mencari jawaban.
Bisa ditebak, aku tak melihat apapun selain kemunafikan.

Mereka anti-kapitalisme namun masih mengenakan kaos, sepatu, tas, dan semua yang melekat bikinan pabrik: tempat terjadi penghisapan manusia oleh manusia.

Mereka mengutuk globalisasi namun memegang handphone dan rajin mengurusi halaman jejaring sosial mereka. Jangan-jangan mereka korban dari globalisasi itu sendiri...

Mereka menjunjung tinggi keadilan, namun masih menghisap rokok. Tahukah mereka bahwa pemilik pabrik rokok ini menjadi orang terkaya di Indonesia, dan mereka masih memperkaya orang kaya itu?

Bagaimana dengan buruh pabrik rokok itu, apakah semakin banyak menghisap rokok kemudian buruh akan semakin kaya?

Yah.. aku memang hanya seekor anjing. Tidak banyak yang dapat aku ungkapkan, tidak banyak pula yang mau mendengar anjing. Tapi setidaknya aku berteriak dari dalam diri, bukan hanya mengulang kembali teriakan orang-orang kulit putih masa revolusi Prancis dahulu.

Andai aku bisa bicara bahasa manusia, aku akan berbisik-bisik di depan mahasiswa calon intelektual (masih juga tidak tau artinya) dan di depan para pemegang kuasa negara: "Saya berteriak demi kesetiaan, bukan demi kekuasaan busuk atau idealisme kalian yang tidak berguna!"

_____________________________________________________________

Tulisan di atas adalah ungkapan seekor anjing bodoh, yang dengan mudahnya makan makanan yang dimasuki racun. 
Makan, kunyah, telan, dan mati. 
Sederhana. 
Kehidupan anjing tidak perlu menggunakan ideologi yang kalian agung-agungkan.
Ideologi yang tidak kalian pahami, apalagi kalian ciptakan.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.