05 January 2011

Kirab Budaya: Yogyakarta Kota Republik

Kayane pawaine isih adoh, tak maca koran sik wae karo ngenteni..” pikir seorang warga Yogyakarta pada sore itu.


Kemudian mulai terdengar suara gaduh di ujung jalan. Beribu pasang mata mulai berbinar ke arah itu, mencari sumber suara yang mereka nanti-nantikan. Suara yang berasal dari keprihatinan terhadap tindak penguasa yang tidak sensitif terhadap budaya Jawa yang diagung-agungkan di tempat ini.

Bapak tadi mulai menutup korannya dan berdiri menyambut serombongan orang dari berbagai komunitas. Jalan Malioboro sore itu menjadi milik mereka yang berpartisipasi dalam: "Kirab Budaya: Yogyakarta Kota Republik"

Bukan sekadar  festival, kegiatan ini merupakan bentuk aksi politik masyarakat Yogyakarta yang prihatin oleh tingkah penguasa. Dengan pahamnya sendiri si penguasa ingin mengubah tatanan pemerintahan Yogyakarta yang secara tidak langsung mengubah budaya dan seakan mengabaikan sejarah.

Aksi yang berlangsung hari Selasa (4/1) ini didukung sepenuhnya oleh langit. Kurang lebih setengah jam setelah acara di mulai langit di atas rela mengirimkan berjuta titik air untuk menemani perjalanan mereka menuju Kraton Ngayogyakarta.

Tak berselang lama, air turun lebih banyak lagi untuk menemani mereka. Tidak ada kata yang mampu menggambarkan semangat mereka, tidak pula gambar di bawah ini. Namun ini adalah realitas, mereka menginginkan satu hal: Jogja tetap istimewa..





No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain