13 October 2012

Setengah Telanjang

Wanita setengah telanjang.
Pengemudi berbikini.
Pengemudi setengah telanjang.
Perempuan nyaris telanjang.
Pengemudi nyaris bugil.
Pengemudi setengah bugil.

Apakah yang saya tulis ini?

 Sederhana saja, mereka adalah sebutan yang diberikan oleh kompas.com dan vivanews -keduanya media online- kepada Novi Amalia. Hari Kamis (11/10) lalu ia diberitakan menabrak tujuh orang di Jakarta Barat.

Saya tidak hendak menuliskan kasusnya, namun lebih memperhatikan penggunaan bahasa oleh dua media online besar ini. Mengapa harus menggunakan kata-kata bugil, telanjang, dan bikini?

Mungkin penggunaan kata-kata itu menarik minat pembaca untuk mampir sejenak pada situs mereka dan link-link yang disediakan di sana. Mungkin wanita berbikini atau nyaris bugil yang menabrak tujuh orang adalah berita besar yang perlu untuk diketahui semua pembaca. Mungkin masalah seks adalah masalah yang paling menarik, baik untuk media maupun masyarakat. 

Ah, tapi semua mungkin saja. Hanya saja, mungkinkah para pembaca ini sadar bahwa realitas yang mereka hadapi adalah realitas yang dikonstruksi media?

Ingin tahu apa komentar pembaca? Saya tidak tega, lebih tepatnya malas, untuk menulis semua. Saya ambil salah satu komentar dari pembaca yang dimuat oleh redaktur kompas.com, yang seakan tak ada sistem moderasi yang ketat untuk media ini:
 
TERIAK-TERIAK BERLAGAK GILA SETELAH KETANGKAP POLISI..KMRN WAKTU BERANGKAT DUGEM GAK TERIAK-TERIAK...LONTHE ASU TENAN...YANG KAYAK GINI BIAR PEREMPUAN LAYAK DITEMBAK (Heri Rahmanto) 
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/11/20343342/Wanita.Setengah.Telanjang.Tabrak.Beberapa.Pengguna.Jalan

Bagaimana, tidakkah anda berpikir ada terlalu banyak bahasa yang tidak pantas untuk diungkapkan dalam media kita?

Kota pelajar, 13 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain