Move on. Tenar sekali bukan istilah itu?
Setidaknya saya sering dengar di percakapan antarmahasiswa sejak satu atau dua
tahun lalu. Istilah itu sering dipakai untuk mengingatkan seorang teman yang
belum bisa melupakan mantan pacarnya. “Move on dong,” kata mereka. Atau
“Aku belum bisa move on nih,” kata teman yang curhat.
Sebenarnya tidak hanya pacar sih, bisa juga ke hal lain seperti merk, kenangan,
dan sebagainya.
Kali ini saya memperkenalkan
website bernama moveon.org. Saya akan dengan mudah menduga website itu berisi
tentang tips-tips move on, kisah perjuangan untuk move
on, mengapa kamu harus move on, dan sebagainya. Sayangnya
saya tidak menduga begitu karena saya dapat info tentang situs itu dari jurnal
hasil penelitian tentang online social movement. Ya, website
itu semacam tempat para aktivis di Amerika sana untuk menggalang massa, pembuatan
petisi online, dan intinya sebagai perwujudan demokrasi. Mungkin Anda tahu
change.org yang sedang naik daun? Nah, kelihatannya mereka berasal dari
semangat dan penggunaan teknologi yang sama. Keren kan?
Lagi-lagi ini masalah
penggunaan bahasa dan rasa-rasa yang muncul ketika menggunakan bahasa.
Istilah move on yang sebenarnya keren, di Indonesia
malah sering dipakai untuk hal-hal remeh temeh macam melupakan mantan
pacar atau orang yang dicintai tapi tak bisa bersama meski saya tahu
itu tidak mudah. Ah, malah alay. Besok saya sambung dengan masalah yang
lain.