Gambar diambil dari www.tiltedkilt.com |
Dua
petarung baku hantam di atas ring: Floyd Mayweather Jr. lawan Manny Pacquiao.
Mereka petinju, masing-masing berkebangsaan Amerika Serikat dan Filipina. Entah
berapa juta pasang mata yang menonton pertandingan mereka, yang katanya: fight of
the century.
Mereka
beradu kekuatan, tiap pukulan harus dilayangkan dengan tenaga yang terukur. Mereka
beradu ketangkasan untuk menghindar. Mereka beradu ketahanan fisik, karena dua
belas ronde adalah waktu yang lama untuk terus memukul dan menghindar. Mereka juga
beradu strategi, konon katanya ada strategi “hug n run” yang populer di sebuah media lawakan.
Hasilnya
sudah tampak, Mayweather keluar sebagai pemenang.
Pertandingan
berakhir? Tidak, masih ada pertandingan wacana di media massa. Sejak sebelum
pertandingan, narasi tentang Pacman sudah dihajar terus-terusan. Mulai dari
masa kecil, perjuangan, kemiskinan, kisah broken
home, kekayaan, hingga rujuk dengan ayahnya yang telah berseteru selama 20
tahun. Siapa yang dibahas? Atau dalam konteks pertandingan, siapa yang menang? Pacman tentu saja.
Atau jangan-jangan
saya saja yang tidak banyak membaca kisah perjuangan Mayweather?
Belakangan,
media sosial juga memenangkan Pacman. Kata akun-akun itu,“Mayweather
memenangkan pertandingan, Pacman memenangkan hati kami.” Cibiran juga banyak
dilayangkan kepada Mayweather. Entahlah apa perlunya hal tersebut dilakukan. Mundur
menerima kekalahan sambil ngomel? Huft.
Saya
kadang tertarik nonton pertandingan tinju di televisi, atau lewat youtube. Saya senang melihat cara mereka
memukul, menghindar, dan lebih senang lagi kalau lihat petarung sombong di awal
yang kemudian kalah K.O. Tapi sungguh saya tidak peduli siapa menang siapa
kalah. Buat hidup saya yang sehari-hari di kota kecil ini, Pacman menang atau
kalah sama sekali tidak menentukan apa yang akan saya makan nanti malam.
Tapi
itu saya hlo. Nyatanya ada banyak sekali orang yang menganggap pertandingan itu
begitu penting. Begitu pentingnya hingga untuk dapat menonton di sekitar ring
mereka harus merogoh kantong sampai lebih dari Rp4 miliar. Itu di Amerika sana.
Kalau di Indonesia dikabarkan ratusan warga kota Bima, Nusa Tenggara Barat,
menyerbu kantor PLN lantaran listrik padam ketika mereka menonton pertandingan
tinju tersebut.
Nah,
pertanyaannya, apa yang membuat pertandingan tinju itu menjadi begitu penting? Ada
ulasan yang keren di situs BBC Indonesia, judulnya “Pacquiao vs Mayweather, jadi perhatian besar?” Mereka menulis dengan cukup lengkap dan tidak terlalu
panjang untuk dibaca di layar monitor. Mereka menulis kedua sisi dari petarung
legendaris ini. Pokoknya keren. Coba klik saja link tadi.
Rupa-rupanya
memang ada banyak narasi, ada banyak cerita, yang membuat tayangan dua petarung
legendaris baku hantam di atas ring ini menjadi hal yang begitu penting
dibicarakan. Ini bukan hanya persoalan dua orang bertanding tinju.
Setelah
saya tahu, apa lalu menjadi penting? Tidak. Kalau tidak, kenapa dituliskan di
blog ini? Karena untuk hal-hal yang dibesar-besarkan oleh media seperti ini,
kita berhak bersikap. Ya, memang begitu.
No comments:
Post a Comment