Skip to main content

Hati-Hati Upload Foto(Selfie)mu

PNS Beruang Madu Ditangkap

Dulu saya pernah menulis andai mas Danang ‘Kucing’ itu enggak mengupload korbannya di Facebook, mungkin dia enggak harus mengalami pengalaman pahit. Bukankah dibully di media sosial, diteror lewat hape, hingga dikeluarkan dari pekerjaan adalah pengalaman pahit?

Belum lama ini ada juga Ronal Cristope dan dua rekannya yang harus diringkus polisi karena mereka mengunggah foto selfie dengan beruang madu yang telah mati. Salah satu orang terlihat sedang menguliti hewan yang dilindungi tersebut. Caption yang menyertai foto itu adalah “tngkapan hri ini.” Saya sendiri sih enggak tahu apakah benar mereka membunuh atau tidak, makanya saya tidak akan menuliskan mereka membunuh.

Maka pikirlah ulang kalau mau unggah foto. Entah mau pamer atau apa, foto-foto itu justru berpotensi menjatuhkan diri sendiri. Alih-alih pujian atas ‘kejantanan’ anda, bisa jadi bui telah menanti.

Oh ya, menurut informasi yang beredar, Ronal Cristope dan dua rekannya itu dijerat dengan dua aturan perundang-undangan. Pertama, UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kedua, UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Membunuh hewan dilindungi itu merusak ekosistem alam. Sedangkan  mengunggah fotonya di media sosial berpotensi menghancurkan diri sendiri dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Masyarakat yang brutal terhadap hewan dilindungi. Masyarakat yang belum cukup cerdas untuk tidak perlu menggunggah foto kebrutalan.

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.