17 September 2015

Jogging atau Bersepeda?

Mana yang lebih efektif membakar kalori? Mana yang lebih efektif menurunkan berat badan? Mana yang lebih efektif membakar lemak? Bla.. bla.. bla..
 
Pertanyaan seputar itu sering kita dengar. Saya juga pernah bertanya soal itu ke Google dan Youtube. Banyak netizen, berarti banyak jawaban. Kendati begitu, sebagian besar dari mereka merujuk ke riset-riset yang menunjukkan bahwa jogging lebih efektif untuk membakar kalori. Namun untuk keperluan rekreasi, bersepeda tak tertandingi.

Nyai Ontosoroh, tokoh rekaan novelis sangar Pramoedya Ananta Toer, mengatakan, “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri.” Maka saya mencari jawab sendiri dan berusaha merefleksikannya dalam tulisan ini.

Sekitar dua tahun yang lalu saya agak rutin (( agak rutin )) jogging. Jogging  ya, bukan lari. Setahu saya sih itu soal kecepatan. Anda yang tahu soal kesehatan dan tubuh manusia barangkali lebih bisa menjelaskan soal denyut nadi, ketahanan jantung, dan sebagainya. Sebagai orang awam saya hanya bisa mendeskripsikan jogging itu lari-lari kecil, lari-lari lambat, atau seperti lari tapi speednya kalah dari atlet jalan cepat. Halah.

Ketika saya rutin jogging, rasanya memang luar biasa keren. Kalau jogging pagi tubuh rasanya ‘on’ terus sampai tengah malam. Kalau jogging sore, pagi-pagi bangun bisa segar dan langsung melek. Hingga suatu saat saya mulai jarang dan berhenti jogging karena satu dan banyak hal. Ringkasnya, saya malas.

Namun saya tak berhenti baca-baca soal olahraga ini, terutama marathon dan trail running. Barangkali saya telanjur punya impian untuk menyelesaikan kedua jenis tantangan ini. Satu hal yang saya tekankan dalam benak saya ketika jogging adalah ini soal mental. Namun ketika dipraktikkan ternyata nggak juga, ini juga soal fisik. Persiapan itu perlu. Ketika kita sudah rutin jogging, mental kita semakin jadi, mental kita makin kuat untuk menyelesaikan jarak yang kian hari kian bertambah.

Lalu sekitar dua bulan lalu saya beli sebuah sepeda entry-level. Harganya tidaklah mahal, tetapi cukup untuk saya yang seorang pemula dalam bersepeda. Ketika bersepeda rasanya makin keren, karena dalam waktu sekian jam saja kita sudah bisa sampai mana-mana. Selain itu lebih fleksibel soal waktu kalau dibanding jogging. Menjelang maghrib bisa tuh bersepeda keliling kota. Coba bayangkan ganti kata bersepeda dengan jogging, kan rasanya aneh dan tidak aman.

Saya membayangkan, impian bisa lari marathon (42-an kilometer) dan trail running (rencananya sih Merbabu via Selo) akan tercapai dengan latihan sepeda ini. Namun rupanya saya bukan atlet yang bisa olahraga berjam-jam di jalur yang nanjak. Saya hanya sepedaan satu jam, itu saja di jalan yang datar. Jelas sekali porsi latihannya kurang.

Hal itu jelas terasa ketika akhir bulan lalu saya ikut event lari—setelah beberapa bulan tidak jogging. Belum ada jarak 5 kilometer, kaki rasanya lelah sekali. Padahal saya sudah rutin bersepeda.

Setelah saya baca-baca dan rasakan, ternyata memang otot yang digunakan serta tekanan yang diterima tubuh ketika jogging dan bersepeda memang berbeda. Ketika bersepeda, kita hampir tidak merasakan hentakan pada sendi, berbeda dengan ketika jogging.

Maka terhitung sejak pagi ini saya berniat mulai rutin jogging lagi untuk membiasakan kaki menerima tekanan dan hentakan. Kemudian dengan tetap bersepeda untuk menambah stamina dan rekreasi.

Jadi kalau pertanyaannya “lebih pilih jogging atau bersepeda?”

Saya akan jawab dua-duanya.. J

No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain