Skip to main content

BeHa Lima Ribuan

Adalah sebuah grup jual beli barang bekas di Facebook. Saya iseng masuk grup ini, siapa tau ada barang menarik. Rupanya bukan saja barang menarik, tetapi perilaku berkomunikasi yang menarik dari beberapa anggota grup. Ini baru satu, lain kali saya update lagi :)


Intinya, seorang konsumen [K] beli BH dari pedagang [P] yang menawarkan di grup ini. Harga BHnya Rp5 ribu. Setelah transaksi, K merasa kecewa karena BH yang dia beli tak sesuai ukuran yang dipesan (entah kendor atau sempit, nggak ada gambarnya sih. Haha!). Selain itu, kualitasnya juga seperti bekas. Diperparah dengan P yang langsung hapus kontak, dianggap tak bertanggungjawab.

Pasti muncul banyak tanya (misal: Harga Rp5 ribu kok cari barang [BH] bagus? Nama grupnya memang “jual beli barang bekas”, apa salahnya jual BH seperti bekas? Kenapa ditulis dengan bahasa seperti itu? Kenapa pakai huruf kapital semua?) di samping olok-olokan dalam ratusan komentar di bawahnya.


Itu satu catatan, kita nanti yang lain..

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.