Manusia Tanpa Titik
"aku lelah" katamu dalam
deretan panjang gatra
sombong sarat nafsu
...
(sementara waktu masih
giat menggerus usia dan
bahagia yang rentan lepas)
...
suatu kala sang titik
mendatangimu perlahan
sangat pelan bahkan dalam
gelap gulita,
supaya kau tak malu
bertemu dengannya
dia tawarkan tikar
plastik merah agar kau
sejenak bersila, sambil
menyapa sebatang rokok dan
segelas kopi yang ampuh
lagi ramah.
tapi kau bajingan tengik
bocah ingusan
berbaju pangeran
tak sekadar kau tolak
tikar pun kau koyak-koyak,
sambil siram kopi di atasnya
kau teriak membentak:
"pergi kau, titik!
kau membuatku tampak lemah!
siapa butuh tempat istirahat?!
aku hanya butuh tuhan yang
membuatku lebih kuat!"
titik tersenyum kecil,
tidak hanya sekali dia
ditolak begini
dia tahu tidak banyak
orang yang berani
menghadapi titik
mereka kira titik adalah
akhir, atau mereka takut
tak kuat mulai lagi berjalan
setelah sampai titik
...
(titik kembali cari
orang-orang kuat yang
berpengharapan)
sementara kau
merengek-rengek
minta kekuatan
ke tuhan.