Skip to main content

YEAH RIGHT.

I write almost every day. Sometimes I wake up early just to write, the other time I have to wake up until mid night. It doesn’t make me a good writer though, but it is like the best time in my life. 

Through my writing I can think everything without other doubt me (yes, I am not a confident man). I can freely talk to the universe about something, and I can change the topics every time I want to do it. But now, since September actually, writing is not always makes me as a free-man.

I have a new challenge to finish my master’s thesis. I always remember how I finish my bachelor’s thesis at 2013. It’s not very difficult and complicated writing I guess, but sometime writing just getting to the mind burden, even soul burden. The acne(s) came to my face, destroyed my dream to have a smooth skin face. Hahaha No, I’m not that kind of guy. One thing that always come to me: procrastination.

“I want to write it later, after midnight. Now I can’t have focus my mind, this room is too full of light,” I said. “What are the people doing in library? I can’t write my thesis there. My friends just make me have too many talks than write,” I said. And the other thousands excuses I always make.

Now, I’m learning to say “Yeah..” everytime I make an excuse. Free-letics’ quote is the one who inspired me. It’s not the time to follow my excuses again, that’s my past. How about you?


YEAH RIGHT.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.