Skip to main content

Posts

Bocah Wingi Sore

Perihal meremehkan orang muda tampaknya jadi gejala umum. Bukan, ini bukan tentang Pilpres yang bising itu. Ini tentang refleksi saya menjadi bagian dari kelompok ‘muda’ di dalam organisasi yang dipimpin "golongan senior." 

Pulang ke 2 senti

Punya rambut gondrong? Tak pernah sedikitpun terpikir oleh saya, sampai tiba-tiba pandemi melanda seluruh dunia. Biasanya saya punya rambut 2 cm saja. Panjang sedikit, potong. Namun pada momen pandemi itu saya biarkan saja rambut tumbuh, tanpa benar-benar bermaksud mau gondrong. Hal yang tak saya duga, punya rambut gondrong ternyata menghadirkan pengalaman sosial yang menarik. Bagaimana ceritanya?

ChatGPT dan Saat yang Tepat untuk Berhenti

Beberapa pekan terakhir Kompas merilis hasil investigasi mereka tentang praktik kotor di perguruan tinggi. Mereka membongkar berbagai modus kecurangan yang dilakukan para akademisi, khususnya penggunaan joki untuk menulis karya ilmiah. Persoalan ini kronis. Sebagian besar kemudian menyalahkan sistem yang memang mengunggulkan formalitas di atas segala-galanya.

Di Semarang Saya Punya Ibu, Budhe, Mak’e, dan Nama-Nama Lain yang Tak Pernah Terbayangkan Sebelumnya

Salah satu pengalaman aneh sekaligus menyenangkan ketika berada di tempat baru adalah memberi nama. Memberi nama tempat, penjual, dan apa-apa yang perlu. Anda pernah melakukannya juga, kan? Cobalah diingat-ingat. Kalau belum, cobalah. Ini hal yang tak penting tapi penting sih. Heheh.

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Jinyoung dan Kasus Kecil di Dalamnya

Sumber: iflix.com Film serial Korea yang baru saja saya tuntaskan dalam waktu singkat ini berjudul “ Diary of A Prosecutor .” Total ada 16 seri, dengan durasi masing-masing sekitar satu jam. Secara umum film ini bukan berisi kisah cinta, tetapi kisah jaksa dalam menghadapi berbagai persoalan di kantor dan di luar kantor. Target penontonnya barangkali usia 30 tahunan ke atas. Sepertinya bukan untuk remaja. Cinta-cintaan tetap ada sih, tetapi sebagai pemanis saja.