Cakar Kucing
: katamu kau malu dengan kalungmu yang bernama? santailah dulu sobat..
biar kukatakan sajaksajak tentangmu, tentang puisi yang lamatlamat menyengat
berlalulah tibatiba waktu
yang menuakan wajahmu;
tempatku berhenti sejenak
dari memandang papan tulis
yang bau tinta spidol.
aku singgah ke kedalaman matamu
tempat kita sering duduk berjejer
di kelas bahasa indonesia, atau kelas
sejarah. sementara para begundal itu
pilih berlelap di baris belakang
tanganku pernah berdarah (persis
dicakar kucing!) setelah gojeg kere
denganmu di kelas agama.
sesampai di asrama kotor itu
barulah kutahu di antara kancing ketiga
baju seragamku juga ada darah.
kini waktu mengeringkan darah
membuatnya jadi subur dan apaapa yang
disebar di sana akan tumbuh.
dan kini aku juga punya rapalan mantra baru
yang semoga tidak berlebihan.
huhuhuhu .-.
Jogjakarta,
20052016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Baca Tulisan Lain
-
Barangkali memang setiap negara tidak bisa tidak melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain. Setiap hubungan yang dijalin bisa saja memi...
-
Cerita ini diawali ketika beberapa kawan melakukan penelitian di Desa Wisata Sidoakur yang terletak di Jalan Godean. Akhirnya saya ngikut...
-
Sembah bekti kawula Dewi Mariyah kekasihing Allah, pangeran nunggil ing Panjenengan Dalem. Sami-sami wanita Sang Dhewi pinuji piyambak, saha...
-
Yellow journalism Yellow journalism bukanlah merupakan sebuah aliran jurnalisme, melainkan sebuah julukan yang diberikan oleh The New York...
-
Terima kasih, adinda :)
No comments:
Post a Comment