Sementara otak
di belakang mata sibuk menyusun kalimat runtut dari semesta ide yang begitu
chaos, jutaan informasi di Facebook malah sedang gemar bikin rusuh.
Mereka, para
anggota golongan yang dianggap pintar, tampaknya memang dituntut untuk melihat
dari sisi lain. Dari akun Facebook itu mereka pamer pandangannya yang beda dari
orang kebanyakan.
Itu buruk? Itu
bagus. Kita butuh bantuan untuk melepaskan diri dari jerat pandangan dominan yang
seringkali angkuh dan dungu.
Namun kadang
kapasitas mereka kurang untuk itu. Sebenarnya sih pantas-pantas saja untuk
punya pandangan berbeda. Asal.... asal mereka bisa menjelaskan argumennya
dengan runtut dan terang.
Bayangkan kalau
tidak? Mereka tak beda dengan pemuda seusia SMA yang sedang nakal-nakalnya dan
pokoknya “waton beda” kalau sedang
dinasehati guru.
Ya.. semacam
inilah, orang-orang yang ikut-ikutan tokoh terhormat seperti Gus Dur yang senang
bilang “Gitu aja kok repot?”
Pastikan
kapasitas intelektual kita setara dengan Gus Dur, baru pantas bilang begitu. Bukan
apa-apa, tapi menurut saya ungkapan itu muncul dari hasil kompleksitas
berpikir, bukan malas dan terbatas.
Ungkapan itu
tak hanya hasil dari melahap segudang buku dan diskusi, tetapi juga pengolahan
batin yang taat.
Jadi,
pantaskan diri dululah.
Tapi kan tetap bebas mas nulis di Facebook? Akun
akun saya ini, enggak suka tinggal delete friend beres.
Iyo wis, betul.
Biar cepet.
Ha trus kamu ini ngapain mas? Kerja enggak, tugas
akhir enggak rampung-rampung, malah mengkritik mereka yang tukang kritik. Emang kapasitasmu udah pantas buat melontarkan kritik? Argumenmu apa mas? Mas?? Mas!? Woo.. AS*!!
....
(kencangkan suara musik)...
Jogja
23052016
No comments:
Post a Comment