24 January 2017

Gerimis

Gerimis

pada matamu, tuan puteri, aku melihat hujan yang tidak deras.

orang-orang tua senantiasa bertutur ke anaknya
kalau gerimis jangan hujan-hujanan, nanti pusing
di luar gerimis, jangan ngebut, jalanan licin

gerimis itu menerjang mataku tanpa aku sempat menghindar
tubuhku jadi aliran gerimis yang suka mengajak angin mampir
dari mata, air tipis itu mengalir turun sesuai takdirnya

itulah kenapa berdada-dada gadis sendu datang kepadaku bilang
aku ingin merasakan gerimis di pelukanmu, atau
bolehkah aku mencicipi gerimis di perutmu yang berbulu?

boleh, boleh, semuanya boleh
tapi setelah ini kalian harus pergi
aku juga akan pergi kembali mencari asal muasal gerimis yang
gemar sekali menghindar dari sapuan mata ini

empat puluh tiga ribu delapan ratus hari kemudian
semenjak matamu meninggalkan noda di embun dingin muntilan
gerimis itu masih mengalir dari mataku

pada matamu, tuan puteri, aku tidak lagi melihat gerimis yang dulu;
aku hanya melihat diriku.

gerimisku masih bikin pusing dan terpeleset licin;
mari rebahan di sini, sayang.


No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain