Skip to main content

The Accountant

via trailers.apple.com

Film ini dibintangi Ben Affleck. Seperti judulnya, dia seorang akuntan. Bukan akuntan biasa, dia adalah pengidap autisme sejak kecil. Di satu sisi, autisme itu membuat dia sulit menjalin relasi sosial (meski dia ingin), di sisi lain, autisme itu yang membuat dia jenius matematika.

Autisme yang dibawanya itu membuat dia menjadi akuntan yang sangar. Ada sekuen yang menceritakan pekerjaan 5 orang akuntan diselesaikan olehnya sendiri dalam waktu yang singkat.

Secara keseluruhan film ini punya cerita dan setting yang menarik. Dia mengangkat tema akuntansi, ekonomi yang bobrok, keluarga yang broken, militer, senjata, perusahaan korup, intelijensia, autisme, dan bela diri.

Nah, soal bela diri ini ada yang menarik. Diceritakan bahwa dia dan adiknya berlatih bela diri di Indonesia. Sepertinya itu silat (mohon dikoreksi kalau salah).

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Rama J. B. Hari Kustanto, SJ

Super pakdhe! Sambil berbaring, dia meminta Pakdhe Hari dan saya untuk membantunya duduk di kasur. Setelah duduk di pinggiran, dia menempelkan kedua telapak kakinya di lantai dingin rumah Patangpuluhan. Sambil tetap berpegangan lengan kami, dia menyentakkan kakinya lalu berdiri. Pakdhe Hari bilang ‘Hebat!’ Lalu dia tersenyum sambil menggerak-gerakkan kakinya. Bagi saya, itu adegan terindah yang saya alami bersama Pakdhe Tanto di hari-hari akhirnya. Dia sudah mengidap sakit tumor di organ otak sejak tahun 2007. Pertengahan tahun 2007 itu, Pakdhe Tanto menjalani kemoterapi. Saya, yang masih sekolah di Muntilan, terpaksa ijin barang sehari untuk menemuinya di rumah sakit. Saya tidak begitu ingat bagaimana kondisi Pakdhe Tanto waktu itu. Namun yang saya ingat adalah dukungan semangat dan motivasi dari saudara kandung beliau. “Sesuk natalan bareng ya mas neng nggone mas Hari..” begitulah dukungan mereka. Diam-diam saya mendengar obrolan lirih yang sedih dan singkat....

Obrolan Ringan bareng Pak Manyung

Jarum jam menunjuk angka 9 malam. Seharusnya saya beristirahat, tetapi perut ini berteriak-teriak. Maka meluncurlah saya ke sebuah warung tenda pinggir jalan di Gedawang. Warung itu tak bernama. Penjualnya sih sudah pasti punya nama, tapi saya terlalu malas untuk bertanya. Jadi, istri dan saya beri nama sendiri saja: Pak Manyung. Mengapa kasih nama itu? Begini ceritanya.  

Yamaguchi Kumiko

Benar, itu nama orang Jepang. Siapakah dia sampai saya menulisnya dalam blog? Semacam bintang film dewasa asli Jepang? Atau salah satu personel grup remaja yang bernyanyi sambil berjoget?  Ah, tentu tidak.