via www.bentarabudaya.com |
“..bahwa
kita pun menyembunyikan badut atau lawak, yang sewaktu-waktu perlu dimunculkan
keluar.
Apa
yang tersembunyi itu mengatakan pada kita, janganlah kita terlalu berpedoman
bahwa hidup ini harus selalu bermakna dan berarti.
Hidup
juga perlu kita terima apa adanya, dan kita nikmati, walau kita tidak tahu apa
arti hidup itu sesungguhnya.
Sering dengan menerima hidup apa adanya, kita
justru diubah, dipelaskan dari kekakuan dan pendirian yang tak dapat ditawar,
yang membuat kita lelah. Dengan lawak dan lelucon, kita jadi tahu tak ada yang
pasti dalam hidup ini.
Kita
menerima, bahwa hidup ini harus terus berjalan, tak boleh berhenti.
Kita
bagaikan pengamen, yang mbarang atau
mengamen, berjalan dan bernyanyi, tertawa, menghibur sesama dan dengan demikian
menghibur diri sendiri.”
Sindhunata, dalam artikel “Berziarah
dalam Tawa” (Majalah BASIS Nomor 09 – 10, Tahun ke-65, 2016)
No comments:
Post a Comment