21 July 2014

"pas lagi sayang-sayangnya" itu palsu

Gambar diambil dari www.gambar-kata.com
Akhir-akhir ini saya sering sekali buka media sosial, mungkin karena saking "sela"nya. Suatu kali saya membaca-baca lalu sadar kalau ada banyak sekali hal yang dilebih-lebihkan. Ini saya beri satu contoh satu twit orang yang sedang patah hati. Dia bilang yang intinya sedang merasa sedih karena "ditinggalkan/ diputus pacar pas lagi sayang-sayangnya."
 
Saya bingung memaknai susunan kata itu. Kenapa harus pakai "pas lagi sayang-sayangnya" gitu? Memangnya ketika menjalin hubungan, katakanlah hubungan asmara, kita bisa dengan jelas memilah waktu atau kondisi ketika kita sedang sayang banget, kita sedang sayang aja, sedang biasa, sedang tidak sayang, dan sebagainya. Jelas "pas lagi sayang-sayangnya" itu tidak menunjukkan keterangan waktu ya, tapi kondisi. Namun, rasanya tetap aneh saja.

Mengapa tidak bilang: ditinggal padahal masih sayang. Menurut saya, esensinya kurang lebih sama, pihak yang satu masih berharap melanjutkan hubungan atau setidaknya masih menyimpan perasaan. Saya melihat "pas lagi sayang-sayangnya" itu adalah sebuah kondisi rasa yang dilebih-lebihkan. Tujuannya ya tidak lain untuk menekankan ke pemegang akun twitter lain bahwa si penutur ini sedang patah hati pakai banget.

Itu tadi tentang pemilihan kata, yang selanjutnya menurut saya lebih prinsipal. *tiba-tiba serius* Saya asumsikan "pas lagi sayang-sayangnya" adalah sebuah kondisi. Kalau logika saya tidak sesat maka ada kondisi lain selain "pas lagi sayang-sayangnya" dalam menjalin hubungan asmara. Saya tidak tahu apa kondisi lain itu, mungkin begitu juga dengan si penutur.

Nah, yang ingin saya tanyakan: memang kenapa kalau diputus ketika sedang pada kondisi lain selain "pas lagi sayang-sayangnya"? Tidak sesedih itu? Tidak patah hati sedalam itu? Bisa cepat move on? Kenapa?

Menurut saya, yang namanya menjalin hubungan asmara ya harus sayang. Saya tidak menerima konsep "pas lagi sayang-sayangnya." Jika saya terpaksa menerima konsep itu, maka kondisi "pas lagi sayang-sayangnya" seharusnya selalu ditemui pada orang yang menjalin hubungan.

Catatan:
Setelah beberapa saat, saya baca lagi tulisan saya di atas. Kok temanya agak tidak penting untuk dituliskan ya, apalagi tentang hubungan asmara--yang jelas saya bukan ahlinya. Lalu saya simpulkan sendiri, prinsip yang saya pilih mungkin terlalu idealis. Namun, mungkin (lagi-lagi mungkin) harus begitu, biar kita tidak terjebak pada sesuatu yang dibesar-besarkan.

No comments:

Post a Comment

Baca Tulisan Lain